Terinspirasi oleh Spoken Word dari Merry Riana bahwa sebenarnya kita punya potensi untuk bisa mengubah dendam menjadi maaf.
Merry Riana memberikan cerita ilustrasi sebelum dia menjawab bagaimana cara mengubah dendam menjadi maaf. Cerita tersebut adalah tentang bagaimana monyet-monyet ditangkap di Benua Afrika. Mereka ditangkap dengan cara yang sangat sederhana, yaitu hanya dengan membuat perangkap dengan toples dan kacang. Mungkin Anda pernah mendengar atau membaca cerita tersebut.
Orang-orang membuat perangkap untuk monyet dengan menyediakan toples yang berleher panjang dan sempit disesuaikan dengan ukuran tangan monyet. Kemudian mereka menaruh kacang dengan aroma khas wangi yang disukai monyet ke dalamnya. Toples itu ditanam ke dalam tanah tapi hanya bagian badannya saja, sementara lubang toples dibiarkan terbuka. Mereka biasanya membuat jebakan itu di sore hari agar paginya mereka bisa menangkap monyet-monyet yang terjebak di dalam toples tersebut.
Bagaimana bisa hal itu terjadi? Ketika monyet mencium aroma kacang di dalam lubang toples yang terbuka maka dengan segera dia akan memasukkan tangannya ke dalam lubang toples untuk mengambil kacangnya. Namun ketika tangan monyet menggenggam kacang, maka mereka tidak bisa mengeluarkan tangannya karena lubang yang terlalu kecil. Monyet-monyet itu akan terjebak di sana selama dia menggenggam kacang di dalam toples dan tidak mau melepaskannya. Dengan begitu, orang-orang bisa dengan mudah menangkap monyet-monyet yang tangannya terperangkap di dalam toples.
Mungkin cerita tersebut membuat kita tertawa, tapi tanpa kita sadari manusia pun sering melakukan hal yang sama. Ketika kita merasa terluka dan sakit hati, maka ingin rasanya untuk membalas dendam atas perbuatan orang lain yang telah menyakiti kita. Seperti halnya monyet itu, kita pun sibuk untuk terus membawa rasa sakit dan dendam itu kemana pun kita pergi. Tanpa disadari kita pun menjadi orang yang mudah marah dan kurang bahagia.
Kacang-kacang yang disukai monyet tersebut seperti permasalahan yang selalu kita ingat dan kita bawa dan lama kelamaan hal itu menjadi beban untuk hidup kita. Memang pilihan untuk memaafkan atau tidak itu adalah hak diri kita masing-masing.
Tak ubahnya seperti monyet yang menggenggam kacang dalam toples jebakan, kita pun lebih suka memikirkan bagaimana untuk mengobati sakit hati kita dengan cara balas dendam. Dendam sama saja seperti kejahatan dibalas dengan kejahatan.
Namun sebenarnya kita selalu punya pilihan untuk mengikuti emosi kita atau tidak. Coba pikirkan lah kembali bagaimana jika Anda berhasil membalas dendam? Apakah diri Anda merasa bahagia. Meski bahagia itu pun hanya terjadi sesaat. Justru yang kita dapatkan hanyalah rasa kecewa atas waktu yang kita sia-siakan selama ini untuk menyusun rencana balas dendam.
Lalu bagaimana cara untuk mengubah dendam menjadi maaf?
Memaafkan sejatinya tidak untuk mereka yang menyakiti diri kita, tapi untuk diri kita sendiri. Karena dengan memaafkan artinya kita bisa melepaskan dan mengikhaskan sehingga kita mampu mencapai kebahagiaan hidup kita yang lain. Andaikan monyet-monyet itu mau melepaskan genggaman kacang di dalam toples, maka tangan mereka tidak akan terjebak dan terperangkap di dalam toples.
Seperti halnya diri kita, ketika kita mau memaafkan artinya hati kita penuh dengan cinta hingga tak ada ruang untuk rasa benci. Artinya kita juga merasa bahagia karena cinta yang kita miliki di dalam hati. Berbeda rasanya jika hati kita masih dipenuhi dengan amarah dan rasa sakit hati terhadap kejadian masa lalu.
Pepatah yang mengatakan “yang lalu biarlah berlalu” ada benarnya untuk hidup kita. Seringkali kita meremehkan kata-kata tersebut, tapi sebenarnya memiliki makna yang dalam untuk kehidupan kita selanjutnya. Siapa yang mau berkutat dengan rasa tidak bahagia sepanjang hidupnya?
Cobalah untuk melepaskan dan mengikhlaskan. Itu adalah cara untuk mengubah dendam menjadi maaf. Ingat lah bahwa memaafkan bukan berarti kita lebih rendah dari orang-orang yang telah menyakiti kita. Maaf bukan lah untuk mereka, tapi untuk diri kita sendiri. Karena kita ingin hidup lebih baik lagi dan lebih bahagia dengan melupakan mereka yang telah menyakiti kita.
Namun bagaimana jika orang yang menyakiti kita adalah keluarga kita sendiri? Kita tak mungkin bisa begitu saja melupakannya. Benar, kita tak bisa begitu saja melupakan keluarga atau saudara yang telah menyakiti kita. Namun kita bisa menerimanya dan mulai melepaskan. Kuncinya adalah bagaimana kita bisa melepaskan permasalahan kita. Jangan seperti monyet yang menggenggam erat kacang kesukaannya. Kita tak suka dengan permasalahan itu maka lepaskan lah dan maafkan lah. Kita tak pernah tahu bahwa orang-orang yang menyakiti kita juga sebenarnya terluka dan menderita sama dengan kita.
Ubahlah dendam menjadi maaf untuk diri kita sendiri. Dengan begitu, hati kita pun tak lagi dipenuhi amarah dan rasa sakit hati yang hanya akan membuat hidup kita kurang bahagia.