Setiap orang menginginkan untuk bisa menjadi sempurna, meski setiap aku adalah tidak sempurna. Sempurna dalam hal karier, cinta, harta. Namun ketika salah satu saja dari ketiga hal itu tidak sempurna, lalu apa yang terjadi?
Banyak yang masih saja selalu menyalahkan masa lalu. Bahkan masa lalu orang tuanya yang tidak kaya atau salah mengambil keputusan dimasa muda mereka bisa kita pikirkan dan pendam hingga kita dewasa. Apakah itu perlu?
Keinginan kita untuk menjadi sempurna memang tidak bisa disalahkan. Karena situasi dan lingkungan lah yang memaksa kita untuk sempurna. Bagaimana tidak? Di Indonesia, bahkan di dunia ini, kita salah sedikit saja dicela, ditertawakan, hingga tak jarang yang dihina. Mereka selalu berekspektasi lebih pada diri kita. Kita pun menjadi tidak percaya diri dan rendah diri ketika melakukan sedikit kesalahan dalam hidup.
Tidak ada orang yang sempurna. Seolah kalimat itu hanyalah kiasan yang tak ada gunanya. Mudah untuk diucapkan tapi sulit untuk dipraktekkan. Nyatanya banyak warga +62 ini yang sedikit – sedikit menghujat, menyakiti, dan membully, meski itu hanya lewat kata-kata di sosial media.
Dalam Spoken Word Merry Riana, dia mengibaratkan bahwa hidup manusia itu seperti keramik yang mudah pecah. Tidak heran bila kita benar-benar mengendalikan hidup kita dengan sangat hati-hati. Takut terluka dan takut kecewa, apalagi trauma terhadap masa lalu.
Merry Riana juga bercerita bahwa di Jepang ada sebuah kesenian untuk menambal bagian keramik yang pecah. Suatu hari ada seorang yang sangat kaya mendapati cangkirnya pecah. Padahal itu adalah cangkir kesayangannya. Banyak ahli yang mencoba memperbaiki tapi tetap saja cangkir itu tak bisa kembali utuh dan bisa digunakan. Namun ada seseorang yang mencoba menambalnya dengan emas pada setiap bagian keramik yang pecah. Seni menambal keramik dengan emas ini kemudian disebut kintsugi. Kin yang artinya emas dan tsugi artinya tambalan. Akhirnya seorang yang kaya itu mendapatkan kembali cangkir kesayangannya. Kini cangkir tersebut tidak hanya bisa digunakan tapi juga memiliki nilai yang tinggi.
Nah, seperti hidup manusia yang masih penuh dengan luka, sakit hati, dan trauma. Semua itu tergantung dengan siapa yang mencoba memperbaikinya. Meski tidak bisa seutuh dahulu, tapi semua kesedihan itu bisa diubah menjadi lebih bernilai dan berharga. Karena setiap luka pasti memiliki cerita dibaliknya yang membuatnya lebih bernilai, seperti keramik yang retak dan pecah itu.
Namun tidak semua orang bisa menyadarinya, apalagi memperbaikinya. Banyak dari kita yang masih terus menggenggam kesedihan dan meratapi diri bahwa aku tidak sempurna.
Sampai kapan kita akan terus meratapinya?
Ketidaksempurnaan bukan lah hal yang seharusnya disesali. Ketidaksempurnaan bukan hal yang mengendalikan masa depanmu. Ketidaksempurnaan juga bukan hal yang harus dihujat dan dihina sepanjang masa.
Aku tidak sempurna tapi aku bisa melihat keindahan di dalam ketidaksempurnaanku. Tidak harus menjadi sempurna untuk bisa bahagia. Katakan itu pada diri kita sendiri dan terima diri apa adanya.
Setiap kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja kita lakukan bukan hal yang tidak bisa diperbaiki. Mungkin nanti masih akan membekas, tapi tinggalkanlah bekas itu dengan keindahan. Seperti tambalan emas pada cangkir yang retak.
Berhentilah untuk menyalahkan diri sendiri. Maafkan lah orang-orang yang telah membuatmu sakit hati dan terluka. Karena hanya dengan itulah kita akan sanggup menambal dengan indah setiap keretakan di dalam hati kita.
Bukan kah kita tak bisa mengubah masa lalu? Tapi kita masih bisa memperbaiki masa depan. Biarkan lah bagaimana orang tuamu dahulu tidak memperdulikanmu atau hal lainnya yang akhirnya membuatmu trauma di kehidupanmu yang sekarang. Jangan menghukum diri sendiri hanya karena kesalahan orang tuamu. Biarlah mereka yang menanggungnya karena pada akhirnya setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban semasa hidupnya di dunia.
Lepaskan lah segala kebencian dan luka batin yang selama ini masih tergenggam erat. Lalu torehkanlah keindahan di dalamnya karena setiap lukamu pasti memiliki cerita dibaliknya.
Dalam setiap kesedihan, maka kita akan belajar untuk bisa berempati. Di dalam setiap kesendirian, maka kita akan belajar bagaimana hidup di atas kaki sendiri. Di dalam setiap permasalahan, kita akan belajar untuk menjadi lebih dewasa dalam menjalani hidup.
Jadi katakan lah aku tidak sempurna tapi tanpa menghakimi diri sendiri dan memandang rendah diri. Mengakui ketidaksempurnaan bukan berarti menurunkan standar hidup, tapi bagaimana kita bisa memahami dan menghargai siapa diri kita sebenarnya.
Katakan aku tidak sempurna ketika kita ditertawakan karena kesalahan kita, ketika dihina dan dihujat. Karena akan selalu ada orang-orang yang tidak menyukaimu. Namun disitu akan selalu diri kita yang membuktikan bahwa semua perkataan mereka salah.
Mulai lah mengatakan bahwa aku tidak sempurna dengan rasa bangga. Karena pada dasarnya kita adalah mahakarya Tuhan yang tak ternilai harganya.