Pilihan studi S2 Maudy Ayunda yang sempat viral di dunia maya beberapa waktu lalu, dimana Maudy Ayunda sempat galau memilih antara Harvard dan Stanford University untuk melanjutkan S2nya. Tentu pilihan ini dipandang sebagian besar orang sebagai suatu anugerah besar, bagaimana tidak 2 universitas besar terkemuka di dunia menerimanya menjadi mahasiswa S2.
Pemilik nama asli Ayunda Faza Maudya ini memang pada akhirnya memilih untuk melanjutkan studinya di Stanford University. Sebelumnya dia merupakan alumni dari Oxford University. Tentu ini pilihan pendidikan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Perempuan yang kelahiran Jakarta 19 Desember 1994 ini memang memiliki orang tua yang cukup mendukung dirinya di bidang pendidikan. Ibu Maudy Ayunda bernama Muren Murdjoko Jasmedi adalah seorang wanita karier yang juga hobi menyanyi, sedangkan ayahnya, Didit Jasmedi R. Irawan adalah seorang yang concern pada bidang pendidikan. Latar belakang keluarga ini lah yang mendukung pendidikan dan karier Maudy Ayunda hingga sejauh ini.
Masa Kecil Maudy Ayunda
Tak banyak orang yang tahu dibalik ketenaran Maudy Ayunda, dia juga pernah mengalami bully-ing sewaktu kecil. Tepatnya pada saat dia duduk dibangku sekolah dasar, bahkan gurunya sendiri yang mengejeknya. “Waktu itu aku sempet dikata-katain sama temen-temen dan guruku tu gigi kelinci, karena memang bentuk gigi depanku yang seperti kelinci”, ungkap Maudy saat wawancara di channel youtube Perspektif Metro TV. Pernah juga saat duduk di bangku SMP, Maudy Ayunda diprediksi oleh gurunya bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan nilai bagus karena dia seorang artis.
Menurut Maudy Ayunda, perkataan-perkataan yang bisa menjatuhkan mental seorang anak itu tidak perlu dilakukan. Apalagi sudah menyangkut fisik atau dia menyebutkan body shaming. Sebenarnya hal itu tidak perlu diungkapkan kepada orang lain. Terkadang dia pun bertanya-tanya apa salah dia selama ini hingga mendapatkan perlakuan tidak enak dari teman-teman dan gurunya.
Dari situlah Maudy Ayunda tumbuh menjadi perempuan yang minder dan pemalu. Namun ibunya tidak tinggal diam mengetahui hal ini. Ibunya coba terus meyakinkan Maudy Ayunda untuk terus melangkah. “Ada satu pepatah dari ibuku yang aku pegang hingga saat ini, yaitu ‘when people underestimate you, that’s the biggest competitive‘ dan hal ini yang membuatku semangat untuk terus berproses”, kata Maudy Ayunda.
Dukungan Keluarga
Dibalik sosoknya yang kita kenal saat ini, pemberani, berprestasi, dan multitalenta, tidak banyak yang tahu bahwa dia semula adalah perempuan pemalu, minder, dan introvert.
Ibunya tahu sejak dulu bahwa putrinya mengalami ketidakpercayaan diri yang berlebihan pada saat itu. Namun beruntung dia karena di dalam lingkungan keluarga dia mendapat dukungan yang bisa mengasah jiwa kompetitifnya. Contohnya orangtuanya sering meminta pendapat Maudy Ayunda dan adiknya mengenai persoalan bisnis mereka. Dan itu dilakukan sejak dia dan adiknya masih berusia kecil. Dari sini dia dan adiknya belajar untuk mengemukakan pendapatnya. Dan kedua orang tuanya juga selalu mengapresiasi setiap pendapat yang coba dia ungkapkan. Potret keluarga Indonesia modern yang jarang sekali terjadi.
Hingga beranjak dewasa saat ini pun, Maudy Ayunda merasa masih terus harus banyak belajar. Karena apa yang dia raih saat ini masih belum cukup. Bukan tidak puas atau kurang bersyukur, tapi dia merasa bahwa sosoknya masih bukan siapa-siapa.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kehidupan Maudy Ayunda ini adalah saat kita berada di suatu tempat janganlah merasa diri seolah-olah yang paling pintar karena justru saat kita merasa seperti itu malah ternyata kita sendiri yang tidak banyak tahu.