Kampus tersombong yang paling
gencar dibicarakan sejak dulu adalah ITB. Ya, Institute Teknologi Bandung.
Untuk alasan mengapa disebut demikian tentunya banyak pendapat yang berbeda.
Namun apakah benar ITB merupakan
kampus tersombong di Indonesia?
Sebenarnya indikator kampus sombong itu yang bagaimana dulu perlu dipertanyakan. Apalagi kampus itu adalah
benda mati. Kenapa bisa disebut kampus tersombong? Apa yang dilakukan kampus tersebut? Nah, perlu
didalami lagi tidak hanya untuk ITB mungkin ya di luar sana jika Anda search
kampus tersombong bisa menemukan jawaban tidak hanya ITB.
Kampus itu kan digerakkan oleh
banyak stakeholders yang berwenang di dalamnya, seperti jajaran petinggi kampus
(rektor, wakil rektor, dll), dosen, staff kampus, dan mahasiswa. Mari kita
telisik lagi isu tentang kampus yang sombong di masyarakat itu yang bagaimana
dengan membedah isu yang muncul satu per satu.
Satu lagi, kenapa pembahasan ini
menjadi penting untuk ditulis? Karena jika orang salah mengira atau salah paham
maka bisa menurunkan popularitas kampus tersebut. Artinya juga berkurangnya
peminat hanya karena isu yang belum tentu benar. Hal ini tentunya perlu diluruskan
kembali agar kampus-kampus yang terkena isu tersebut tidak kehilangan peminat
dan tetap berkualitas. Kan sayang kalau orang-orang tidak berminat lagi hanya
karena isu hoax.
Isu ITB adalah Kampus
Tersombong
Saya pernah membaca sebuah
artikel berjudul “Apakah benar ITB adalah kampus tersombong di Indonesia?” yang dipublish di situs quora. Penulis artikel tersebut juga merupakan
mahasiswa ITB yang mencoba membuka pemahaman masyarakat luar yang tidak tahu
tentang ITB dengan menampilkan beberapa foto bahwa tidak ada kebenaran mengenai
ITB yang disebut kampus tersombong.
Di awal tulisannya, dia memang menceritakan
suasana kampus ITB melalui gambar yang seolah memang benar ITB itu sombong
dilihat dari aktivitas para mahasiswanya yang terlihat sangat cerdas. Seperti
ini :
Sumber Gambar : www.id.quora.com |
Pada awalnya saya pun percaya
dengan caption gambar tersebut. Namun di akhir artikel penulis menyebutkan
bahwa itu semua halu karena pada kenyataannya lab di ITB dari tahun 2019
kondisinya masih sama sejak dulu. Seperti di bawah ini :
Sumber Gambar : www.id.quora.com |
Nah, jadi kalian percaya isu yang
mengatakan bahwa kampus ITB itu kampus tersombong? Dilihat dari fasilitas yang tersedia
nyatanya tidak terlalu mewah kok.
Namun ada satu komentar di
tulisan tersebut yang menggelitik hati saya untuk menuliskannya juga di sini tanpa
mengedit kalimatnya sedikit pun supaya bisa jadi pembelajaran buat pembaca. Komentar
ini ditulis oleh seorang lulusan ITB yang bergelar cumlaude, dia bernama Nurkholisoh
Ibnu Aman.
ITB Sombong? Hmm, sounds
familiar.Jadi saya pernah melamar beasiswa
dari sebuah perusahaan (tidak bisa saya sebutkan namanya) waktu masih kuliah di
ITB. Kalau terpilih, nanti akan dapat uang dalam bentuk biaya hidup bulanan
selama satu tahun plus bantuan biaya skripsi.Nah, beasiswa ini berbasiskan
prestasi/akademik jadi siapa saja boleh daftar. Tidak hanya yang kurang mampu
(jaman saya kebanyakan beasiswa mensyaratkan Surat Keterangan Tidak Mampu).Saya masih ingat, wawancara-nya
waktu itu di Perpustakaan ITB. Beberapa hari sebelum wawancara, kandidat dapat
surat undangan berikut jadual wawancara.Dari kos-kosan saya berangkat
awal. Niatnya mau belajar baca-baca sebelum wawancara. Tapi sebelum berangkat
saya bingung: mau pakai baju apa ya. Kalau kuliah kan biasanya kaos T-shirt dan
celana jeans. Paling ditambahin jaket (dulu Bandung dingiiiiinn). Tapi ini kan
mau interview, masak pakai itu pikir saya.Saya buka lemari, isinya kok kaos
dan jeans semua. Untungnya nemu satu set baju sewaktu jadi panitia seminar
waktu TPB 🙂 Kemeja lengan panjang, celana hitam bahan, plus dasi murahan. Ya
sudah…. itu yang saya pakai.Nah, karena pakai kemeja maka
harus pakai sepatu resmi dong. Ngga mungkin sendal atau sepatu kets. Jadilah
saya bawa juga sepatu bekas dari masa SMA.Sampai di Perpus, saya jadi awkward.
Waduh, salah kostum nih. Yang lain pada santai aja, kayak mau kuliah biasa.
Paling banter ada yang pakai kaos berkerah. Saya jadi dilihatin banyak orang.
Mungkin mereka pikir ini anak cupu/culun banget. Kayak mau kondangan….Akhirnya tiba giliran saya. Agak
grogi juga awalnya. Tapi rupanya cuma seperti ngobrol2 biasa. Dia tanya
kegiatan ekskul apa, rencana skripsi tentang apa, mata kuliah favorit apa. Ngga
ada yang susah, ngga ada yang aneh.Sekitar 15 menit, sepertinya
wawancara sudah selesai. Dia bilang hasilnya akan diumumkan sekitar satu bulan
lagi karena dia masih keliling ke beberapa kota untuk interview di kampus lain.Saya siap-siap berdiri lalu
tiba-tiba dia bilang begini:“Kamu tahu ngga, baru kali
ini saya ketemu mahasiswa ITB yang rapi. Dari tadi pagi macem-macem saja yang
saya lihat. Pakai kaos, celana jeans, bahkan ada yang pakai sendal!Ya saya tahu kalian itu pandai.
Pinter-pinter dan jago. Itu tidak diragukan. Tapi jadinya sering sombong,
dikira itu saja cukup. Kalian itu ya harus belajar sopan santun, menghargai
orang lain. Setidaknya dari cara berpakaian….”Saya kaget ngga tahu harus bilang
apa, jadi cuma tersenyum sambil mengucapkan terima kasih dan berpamitan.Cerita ini berakhir dengan happy
ending.Saya adalah satu dari 10
mahasiswa ITB yang mendapat beasiswa dari perusahaan tersebut. Ada sekitar 30
nama lain dari UI, Unpad, UGM dan Unair. Bahkan nama kami diumumkan di koran
nasional. Beberapa teman sampai kirim SMS mengucapkan selamat (dulu belum ada
FB/IG/WA/Twitter).Saya tentu tidak tahu apakah
beasiswa itu saya menangkan karena cara berpakaian saya yang “aneh”
untuk ukuran ITB. Tapi komentar penutup si Manager perusahaan selalu terngiang
di telinga hingga puluhan tahun kemudian.Jadi buat adik-adik mahasiswa
(ITB maupun non ITB), ingatlah bahwa ada banyak hal lain di luar akademik yang
perlu dikuasai. Biasanya kita sebut sebagai emotional intelligence:
self-awareness, komunikasi, empati, dan social skill.
Kebenaran Kampus Tersombong
Dari dua cerita di atas mengenai
isu yang kalau Anda ketik “kampus tersombong” di google pasti kebanyakan cerita
tentang ITB, tentunya akan lebih banyak lagi pendapat yang bisa jadi beberapa
tahun lagi objek pembicaraannya sudah bukan ITB, tapi UGM, UI, UNPAD, dll.
Intinya kampus tersombong ini dibicarakan karena kampus ini adalah terbaik di
Indonesia. Di dunia pun peringkatnya masih tergolong bagus, cukup mambanggakan
ya Indonesia punya kampus yang bisa bersaing secara internasional.
Nah, secara tidak langsung, hal
ini juga memicu di masyarakat yang menilai bahwa kampus tersombong itu karena
melihat mahasiswanya. Padahal bisa jadi bukan ITB pun mahasiswa juga bisa
bersikap sombong kan.
Pada dasarnya yang mengatakan ITB
adalah kampus tersombong karena mereka bukan bagian dari kampus tersebut jadi
ya nggak begitu paham dalamnya seperti apa.
Jika diibaratkan ITB adalah
mahasiswa A yang ketika bertemu si B yang belum dikenal maka si A kalau ketemu
B maksimal ngasih senyum itu udah bagus. Padahal kalau si A ketemu temennya si
C mereka bisa ngobrol panjang lebar. Nah, si B jadinya menilai A itu sombong
karena ketemu dia nyapa aja nggak. Itu terjadi karena B tidak mengenal A dengan
baik.
Kalau dari cerita kedua, sebenarnya
ada pembelajaran yang tidak hanya bermanfaat buat mahasiswa ITB tetapi juga
mahasiswa dari kampus lain. Memang ya dunia perkuliahan itu tidak seperti waktu
sekolah dulu yang penuh keteraturan. Cara berpakaian pun bisa berbeda antar jurusan
meski masih dalam satu fakultas.
Hal ini saya alami ketika masih
kuliah di UGM jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan. Di kelas kami kebiasaan
berpakaiannya rapi-rapi, minimal kalau kuliah pakai kaos ya kaos yang berkerah.
Beda dengan Jurusan Ilmu Komunikasi yang menurut saya terlalu santai, pakai
kaos biasa dan celana jeans ketat pun tak mengapa. Padahal masih dalam satu
fakultas lho, yaitu FISIPOL. Perbedaan akan semakin terlihat ketika berada di
kantin dimana banyak mahasiswa dari fakultas lain juga makan di situ. Biasanya
mahasiswa dari Fakultas Ekonomi kebanyakan lebih berkilau daripada mahasiswa
FISIPOL, dilihat dari pakaian dan tas branded. Nah, itu semua masih dalam ranah
cara berpakaian ya. Lebih jauh lagi jika Anda juga merupakan mahasiswa pasti
akan menemukan perbedaan lainnya.
Apakah perbedaan itu lantas
membuat seseorang layak disebut sombong? Atau kampus tersombong? Itu tergantung pada pendapat
masing-masing mau menilainya seperti apa.
Jadilah mahasiswa yang bisa
menempatkan diri pada setiap situasi. Tidak perlu ikut-ikutan trend jika hatimu
memang tidak ingin melakukan itu. Lebih baik berkualitas secara pikiran
daripada hanya sekedar penampilan. Dan jangan mudah termakan isu kampus
tersombong yang bisa bikin Anda jadi sombong beneran atau malah jadi pembenci
yang tidak tahu kebenarannya.
Kampus Tersombong, Benarkah Ada?