Banyak kisah tentang Nabi Ibrahim
dan Ismail yang menandakan Hari Raya Idul Adha. Namun bagaimana kisah kelahiran
mereka?
Berikut ini adalah rangkuman
singkat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dari kelahiran, peristiwa haji dan qurban,
serta wafatnya. Semoga kita bisa meneledaninya dengan bertambahnya iman dan takwa
kepada Allah SWT melalui kisah ini.
Sumber Gambar : www.muslim.okezone.com |
Rangkuman Singkat Kisah Nabi
Ibrahim dan Ismail : Kelahiran
Nabi Ibrahim AS lahir di Babilon,
tepatnya di kota Ur/Urfa yang berada di wilayah Mesopotamia yang kini dikenal
sebagai Iraq sekitar 2295 SM. Ia dilahirkan di tengah masa jahiliyah yang
banyak membuat patung untuk disembah.
Nama lengkap dan nasab Nabi
Ibrahim adalah Ibrahim bin Azar/Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Raghu bin
Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam putra Nuh alaihissallam.
Terjadi perbedaan pendapat mengenai nama ayah beliau, ada yang menyebutkan
namanya adalah Tarikh, tetapi dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa nama ayahnya
adalah Azar.
Namun menurut mayoritas ahli
nasab, nama ayahnya adalah Tarikh, sementara Azar merupakan nama berhala yang
disembah ayahnya. Ibnu Jarir,
menyebutkan bahwa yang benar, nama ayahnya adalah Azar. Atau mungkin saja ayahnya
memiliki dua nama, salah satunya julukan sementara satunya lagi nama
sebenarnya. Wallahu a’lam.
Adapun nama ibunya adalah Amilah.
Demikian yang disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Asakir dalam kitabnya At-Tarikh
ketika menceritakan biografi Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim memiliki dua orang
saudara, yakni Nahur dan Haran. Haran inilah ayah dari Nabi Allah, Luth
alaihissallam. Jadi, Nabi Luth merupakan keponakan Nabi Ibrahim.
Pada masanya ada penguasa yang
mengaku sebagai Tuhan yang bernama Raja Namrud. Raja Namrud merupakan penguasa
Babilonia yang sombong dan banyak dari kaumnnya yang mempercayai bahwa Raja
Namrud adalah Tuhan.
Raja Namrud pada suatu ketika
bermimpi ada seorang anak yang dapat menghancurkan dan menggulingkannya. Ia pun
membuat kebijakan untuk membunuh seluruh bayi laki-laki yang lahir. Namun orang
tua Nabi Ibrahim AS menyembunyikan putranya ke dalam sebuah gua.
Ismail merupakan anak yang
dinantikan Ibrahim. Kala Ismail lahir, Allah meminta Ibrahim membawa sang
istri, Siti Hajar, dan anak mereka keluar dari Palestina.
Mereka menyusuri padang pasir
yang gersang hingga tiba di lembah tandus yang disebut Lembah Bakkah (kini
Mekkah). Sungguh tidak mudah bertahan hidup di lembah ini, apalagi Ibrahim
meninggalkan Siti Hajar dan Ismail dengan makanan dan minuman seadanya.
Kelahiran Nabi Ismail menjadi
tonggak sejarah peradaban umat Islam di Mekkah yang semula tidak berpenghuni
menjadi tempat yang paling dirindukan.
Akan tetapi, Ibrahim berserah
pada Allah dalam ketakutan dan kekhawatirannya. Berkat kemurahan Allah, Ismail
dan Siti Hajar mampu bertahan hidup. Ismail pun tumbuh besar di Mekkah di bawah
didikan kedua orang tuanya.
Rangkuman Singkat Kisah Nabi
Ibrahim dan Ismail Sebagai Perayaan Idul Adha
Rangkuman singkat Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail pun
kini dikenang lewat perayaan Idul Adha atau juga bisa disebut sebagai hari raya
qurban.
Allah SWT berfirman dalam surat
Maryam ayat 54:
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ
ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا
Artinya:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”
Sudah banyak yang membahas
sejarah kurban dari sudut pandang Nabi Ibrahim. Lantas, bagaimana dari sudut
pandang anaknya? Inilah rangkuman singkat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang
lengkap agar Anda tahu asal mula ibadah haji dan kurban.
Ismail lahir di Kanaan. Nabi
Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar awalnya tinggal bersama di Palestina. Suatu
hari Allah menguji Nabi Ibrahim untuk memboyong Ismail kecil dan Siti Hajar ke
tempat tandus. Hajar yang penasaran bertanya kepada Nabi Ibrahim mereka akan
pergi ke mana, sedangkan lembah tidak berpenghuni. Ia terus mengulang
pertanyaan hingga akhirnya keluar perkataan pamungkas,
“apakah Allah yang memerintahkan
kamu?”
Nabi Ibrahim pun mengiyakan, lalu
Hajar jawab dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan menelantarkan mereka.
Nabi Ibrahim meninggalkan mereka
dengan perasaan kalut sambil berdoa agar Allah senantiasa melindungi mereka.
Demikian Hajar yang terus meyakinkan dirinya bahwa Allah tidak akan
meninggalkannya sendiri. Ia bertahan hidup dari bekal air yang dibawa dari Syam
(Palestina).
Lama kelamaan persediaan bekal
habis. Hajar haus, begitupula Ismail kecil yang menangis untuk meminta minum.
Hajar pun berusaha mencari sumber mata air dengan berlari dari Bukit Shafa dan
Bukit Marwah sebanyak tujuh kali. Hasilnya nihil karena tempat tersebut tidak
ada penghuni selain mereka berdua.
Tiba-tiba ada yang menyapa Hajar
saat ia berada di puncak bukit Marwah. Ia dengarkan dengan seksama bahwa
seseorang akan menolong Hajar dan anaknya. Ternyata, Allah menurunkan malaikat
Jibril untuk membuat sumber mata air yang kelak menjadi buah tangan favorit
para jamaah haji.
Peristiwa Keluarnya Air Zam
Zam
Sambil menangis, Ismail kecil
menghentakkan kakinya dan keluarlah air jernih dari tanah yang tandus. Hajar
senang sekali hingga bergumam,
“zam, zam, zam,” yang artinya
berkumpul.
Itulah asal mula Sa’i sebagai
salah satu tahapan saat haji dan segarnya Air Zamzam yang dirindukan oleh
jamaah haji di seluruh dunia.
Allah SWT mencatat kisah Hajar
bolak-balik bukit Shafa dan Marwa dalam Surat Al-Baqarah ayat 158:
إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ
ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا
ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Artinya:
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa
adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke
Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan
hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”
Pelan-pelan, Hajar dan Ismail
menemukan kehidupan di Makkah berkat Air Zamzam. Suatu ketika, datang suku
Jurhum yang sedang mencari air. Mereka melihat ada burung berputar-putar dan
berharap itu tanda adanya sumber air. Mereka menebak-nebak sambil berharap.
Dugaan mereka benar dan akhirnya
bertemu Hajar serta anaknya. Hajar membuat perjanjian untuk tidak merebut
sumber air tersebut. Mereka setuju, kemudian hidup bertetangga dengan rukun.
Ismail belajar bahasa Arab dari
suku Jurhum dan tumbuh menjadi anak yang cerdas, berperilaku baik, sopan, dan
taat kepada Allah seperti yang ibunya ajarkan. Tahun demi tahun berlalu, Ismail
tumbuh dewasa hingga akhirnya siap bertemu ayahnya, Nabi Ibrahim, untuk melepas
rindu.
Nabi Ibrahim rutin berkunjung ke
Mekkah untuk bertemu anak tercinta. Lalu, Allah menguji kembali keimanan Nabi
Ibrahim dengan memberinya mimpi untuk menyembelih anaknya. Mimpi nabi merupakan
pertanda wahyu atau perintah kurban akan turun. Ia meminta pendapat anaknya.
Tak butuh waktu lama, Ismail meminta bapaknya untuk patuh pada perintah Allah.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ
يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya:
“Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS As Shaafaat:102)
“Wahai ayahku! Lakukanlah
apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar,” ucap Ismail.
Nabi Ibrahim membawa Ismail ke
perbatasan Mina dan Muzdalifah. Menurut catatan sejarah, lokasi penyembelihan
berada di Jabal Qurban. Masih dekat dari tempat peristiwa, iblis menggoda Nabi
Ibrahim supaya penyembelihan batal. Tak tinggal diam, ia menyambitnya dengan
batu yang kini dikenal dengan sebutan lempar jumroh saat prosesi haji.
Setelah sampai di Jabal Qurban,
Nabi Ibrahim membaringkan Ismail dan tutup matanya dengan kain putih. Sebelum
penyembelihan, Ismail menyampaikan beberapa permintaan terakhirnya.
Pertama, Ismail minta diikat
dengan tali agar tidak meronta. Kedua, pisau harus diasah tajam agar tidak
kesakitan. Kemudian ia juga meminta agar pakaian yang dikenakannya diberikan
pada ibunda tercinta, Siti Hajar, sebagai kenang-kenangan.
Ibrahim membaringkan sang putra
dan mulai menghunus pisaunya. Namun pisau yang tajam itu tidak mampu menyayat
kulit Ismail. Dan malaikat Jibril gantikan dengan seekor sembelihan yang besar.
Kejadian tersebut Allah catat dalam surat As-Shafaat ayat 107.
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Artinya:
“Dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar.”
Menurut tafsir dari Ibnu Abbas
bahwa hewan yang menggantikan Nabi Ismail ketika akan disembelih sejenis Kibas
atau kambing spesial yang berasal dari surga.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Kibas
adalah hewan persembahan dari Habil saat ia berkompetisi dengan Qabil.
Tujuannya yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah menerima kurbannya,
lalu kambing tersebut dipelihara di surga untuk menebus Ismail.
Peristiwa yang dialami Nabi
Ismail menjadi awal mula turunnya perintah berkurban untuk umat Islam yang
memiliki kemampuan lebih dari segi finansial.
Rangkuman Singkat Kisah Nabi
Ibrahim dan Ismail Membangun Ka’bah
Rangkuman singkat kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang Allah istimewakan ini masih berlanjut. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim
untuk membangun ka’bah sebagai rumah ibadah pertama bagi manusia. Ia membangun
kabah langsung di bawah bimbingan Allah melalui perantara awan.
Usai menentukan derajat posisi,
Nabi Ibrahim membangun pondasi. Lalu, ia meminta tolong kepada Ismail untuk
mencari batu paling bagus sebagai penanda manusia. Ismail bertemu Jibril dan
memberikannya batu hitam yang dikenal sebagai Hajar Aswad. Ia berlari menemui
ayahnya untuk memberikan batu cantik tersebut. Betapa senangnya Nabi Ibrahim
hingga mencium batu tersebut berkali-kali.
Usai peletakan batu, Nabi Ibrahim
dan Ismail berdoa kepada Allah agar banyak yang berkunjung ke Mekkah untuk
melihat Kabah. Allah mengabulkan doanya hingga masuk ke dalam rukun Islam
kelima, menunaikan haji jika mampu. Bekas pijakan Nabi Ibrahim saat membangun
Kabah diabadikan dengan sebutan Maqam Ibrahim.
Ismail diangkat menjadi nabi dan
berdakwah di Mekkah untuk menyembah dan bertakwa kepada Allah. Nabi Ismail
wafat di Mekkah dan dimakamkan di Hijr Ismail. Menurut catatan sejarah, lokasi
makam Nabi Ismail sama seperti makam ibunya, Siti Hajar.
Itulah rangkuman kisah Nabi
Ibrahim dan Ismail yang sekaligus menjadi hari perayaan Qurban umat Muslim di
seluruh dunia yang dikenal dengan Idul Adha. Semoga bermanfaat!
Referensi :
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220708105842-284-818893/kisah-nabi-ibrahim-dan-ismail-asal-mula-kurban-di-idul-adha
https://zakat.or.id/kisah-nabi-ismail-lengkap-dari-haji-hingga-kurban/
https://umma.id/post/kisah-kelahiran-nabi-ibrahim-al-khalil-alaihissallam-272912?lang=id