Sumber : idntimes.com |
Muhammad Al Fatih adalah sosok yang sangat inspiratif dalam
peradaban Islam. Bagaimana tidak beliau yang saat itu berusia 20tahunan sanggup
menaklukkan konstantinopel yang sudah coba ditaklukkan puluhan abad sebelum Al
Fatih lahir.
Saking begitu inspiratifnya saya pun mengambil namanya untuk
menjadi nama Fatih Inspira ini. Tujuannya agar cerita-cerita yang saya
sampaikan di sini mampu memberi inspirasi bagi kamu, memberikan perspektif lain
tentang kehidupan, dan meyakinkan dirimu bahwa kamu tidak sendiri.
Mendengar nama Al Fatih pun tidak akan lepas dari
istilah-istilah lain, seperti Turki dan Hagia Sophia. Ya, Muhammad Al Fatih
mampu merebut kembali masjid Hagia Sophia yang menjadi gereja. Kini kita
melihat kemegahan kembali Masjid Hagia Sophia di Turki.
Muhammad Al Fatih atau Sultan Mehmed II merupakan penguasa
Utsmani ketujuh. Sultan Mehmed II dikenal sebagai pemimpin yang cakap dan
mempunyai kepakaran dalam bidang militer, ilmu pengetahuan, matematika, dan menguasai
enam Bahasa saat berusia 21 tahun.
Beliau lahir di Edirne (ibukota Utsmaniyah) pada 30 Maret
1432 dan wafat di umur 49 tahun, tepatnya tanggal 3 Mei 1481. Ayahnya adalah
Sultan Murad II yang berkuasa di Utsmani sebelum beliau. Ibunya bernama Huma Hatun.
Sejak kecil beliau memang sudah dididik oleh ayahnya untuk
meneruskan kekuasaan. Oleh karena itu, saat berusia 11 tahun beliau dikirim
untuk memerintah Amasya sebagai bekal bila naik tahta kelak. Sultan Murad pun
mengirimkan banyak guru untuk mendidik putranya, di antaranya adalah Syaikh
Muhammad Syamsuddin bin Hamzah, seorang ulama berpengaruh yang menjadi sangat
dekat dengan Muhammad Al Fatih hingga dalam penaklukan konstantinopel.
Ayahnya lebih suka berurusan dengan masalah agama dan seni
daripada politik sehingga turun tahta dan mengangkat Pangeran Mehmed II untuk
naik tahta. Waktu itu usianya masih 12 tahun.
Pada perjalanan kepemimpinan Mehmed II terjadi perang dengan
Kerajaan Hongaria yang membuat Sultan Mehmed II tidak berdaya tanpa bantuan dari
ayahnya karena usianya yang masih sangat muda. Ayahnya awalnya menolak tetapi
Mehmed II menulis surat untuk memerintah ayahnya memimpin pasukannya.
Pasukan gabungan Hongaria – Polandia itu pun berhasil
dikalahkan oleh Murad II. Dan Murad II didesak untuk naik tahta kembali oleh
Candarli Halil Pasya (perdana Menteri) yang juga tidak terlalu suka dengan
kuatnya pengaruh Syaikh Syamsuddin pada masa kekuasaan Mehmed II.
Akhirnya Sultan Murad II kembali naik tahta hingga wafat
tahun 1451. Dan sepeninggalnya, Sultan Mehmed II atau Muhammad AL Fatih kembali
dinobatkan sebagai penguasa di Edirne pada usia 19 tahun.
Kisah Perjuangan Penaklukan Konstantinopel
Muhammad AL Fatih kembali naik tahta sepeninggal ayahnya dan
memusatkan perhatian untuk memperkuat Angkatan laut Utsmani untuk mempersiapkan
penaklukan Konstantinopel. Beliau membangun benteng Rumeli Hisari yang lebih
kokoh di tepi Eropa Bosporus sebagai tindaklanjut dibangunnya benteng Anadolu
Hisari oleh Sultan Bayezid I di tepi Selat Bosporus.
Pada tahun 1453, Muhammad Al Fatih mulai mengepung Konstantinopel
dengan pasukan berjumlah 80.000 – 200.000 orang, kereta api artileri, dan 320
kapal. Pihak Romawi Timur pun meminta bantuan dari Barat, tapi sebagian besar
penguasa Barat sibuk dengan urusan masing-masing.
Awalnya Muhammad AL Fatih menghimbau kepada penduduk Konstantinopel
yang masih di bawah kepemimpinan Kaisar Romawi
Timur. Beliau juga menyerukan kepada kaisar untuk mundur tanpa terjadi
peperangan dan beliau menjamin semua penduduk akan aman. Namun kaisar Romawi
tidak menghiraukan dan memilih melawan.
Muhammad Al Fatih mengirimkan kapal perangnya yang lebih
ringan ke darat di sekitar koloni Genova di Galata dan ke pantai utara Tanduk
Emas. Delapan puluh kapal diangkat dari Bosporus setelah membuka rute
perjalanan darat dengan kayu kurang lebih satu mil.
Sungguh perjuangan yang luar biasa dan siasat yang istimewa
dari Muhammad Al Fatih untuk mengepung Konstantinopel. Bayangkan saja sepanjang
satu mil daratan yang tidak rata untuk memindahkan 80 kapal.
Muhammad AL Fatih dan pasukannya memberikan alas kayu yang
dilumuri minyak atau oli untuk memperlicin jalannya perahu yang dipindahkan.
Selama 57 haru pengepungan Konstantinopel pun akhirnya berbuah
manis, Konstantinopel berhasil ditaklukkan oleh Utsmani.
Sumber : republika.co.id |
Setelah penaklukan Konstantinopel, Muhammad Al Fatih mengubah
Hagia Sophia yang semula gereja Basilika Ortodoks menjadi masjid. Beliau juga
memerintahkan pembangunan ulang kota, termasuk memperbaiki dinding, membangun
benteng, dan istana baru. Karena Muhammad Al Fatih memindahkan ibukota Utsmani
dari Edirne ke Konstantinopel.
Muhammad Al Fatih pun membangun rumah-rumah orang Yunani dan
Genova yang pada waktu penaklukan melarikan diri dari Galata. Selain itu,
mereka juga diberi jaminan keamanan sebagai penduduk.
Kota berkembang dengan cepat di bawah kuasa Muhammad Al
Fatih. Menurut sejarawan Utsmani Kontemporer, Sultan Mehmed membuat keseluruhan
Istanbul. Konstantinopel pun kembali menjadi kota terbesar di Eropa.
Konstantinopel adalah kota yang awalnya didirikan oleh
Kaisar Romawi Konstantinus Agung pada 330 M. Di dunia Kristen, kota ini menjadi
terdepan dalam segi kebudayaan dan kesejahteraan.
Sebelum ditaklukan oleh Muhammad Al Fatih tahun 1453, kota
ini pernah satu kali berhasil diduduki pada masa Perang Salib Keempat. Pasukan
Salib mendirikan Kekaisaran Latin (Romawi Timur Katolik) pada 1204. Namun Pasukan
Salib malahan menghancurkan berbagai hal di kota ini. Hagia Sophia menjadi
tempat mabuk-mabukan, berbagai bangunan sekuler dan keagamaan tidak luput dirusak,
para biarawati diperkosa, dan orang-orang yang sekarat terbaring sampai mati di
jalanan.
Hagia Sophia yang awalnya merupakan Basilika Kristen
Ortodoks menjadi Basilika Katolik. Pihak bangsawan Romawi Timur Ortodoks
akhirnya berhasil merebut kembali Konstantinopel dan berakhirlah kekuasaan
Kekaisaran Latin Katolik di Konstantinopel.
Menurut Prof Hamka (Buya Hamka) dalam bukunya yang berjudul “Sejarah
Umat Islam”, ada tiga factor yang membuat umat Islam saat itu ingin menaklukkan
Konstantinopel.
Pertama, karena adanya dorongan iman kepada Allah SWT yang
disemangati oleh hadits Nabi Muhammad, yang menjanjikan kota itu akan dapat
ditaklukkan.
Kedua, karena berates tahun lamanya, Kota Konstantinopel
menjadi pusat kemegahan bangsa Romawi, yaitu sebagai pusat peradaban dan
kebudayaan Kristen – Katolik. Sebelumnya, umat Islam telah bisa menaklukkan
Mada’in, yaitu pusat kekuasaan orang Persia. Maka belumlah cukup kekuasaan itu
sebelum Konstantinopel yang seimbang dengan Kota Persia dapat ditaklukkan.
Ketiga, keindahan Konstantinopel dan letaknya yang strategis
sebagai penghubung dua benua besar, yaitu Eropa dan Asia.
Jatuhnya Konstantinopel menjadi pintu gerbang bagi
kekalifahan Utsmani untuk melebarkan sayap kekuasaan ke Mediterania Timur
hingga ke semenanjung Balkan.
Nama Konstantinopel kemudian diubah menjadi Istanbul yang
berarti Kota Islam. Kala itu berpenduduk hingga 16 juta jiwa, Istanbul menjadi
salah satu kota terpadat di Eropa.
Dengan memahami cerita perjuangan penaklukkan Konstantinopel
maka diharapkan pula bertambah besar keimanan kita kepada Allah SWT. Muhammad
Al Fatih menjadi pemimpin panutan yang tidak hanya pandai dalam bidang
kemiliteran tetapi juga bijaksana dalam mengayomi penduduknya.
Sumber : statusaceh.net |