Untuk kamu yang masih hidup dalam kecemasan akan masa depanmu. Percayalah! All is well, semua akan baik-baik saja. Dan semua akan tiba pada waktunya.
Seringkali kita masih suka khawatir dengan apa yang belum terjadi. Apalagi orang-orang yang mulai menginjak usia dewasa. Hidup yang harus semakin mandiri, bagaimana memgurus rumah tangga, bagaimana mendidik anak-anak kelak. Terkadang kekhawatiran itu yang malah sering menghalangi apa yang ingin dilakukan.
Kita akan mulai cemas untuk memutuskan sesuatu. Takut jika itu berpengaruh bagi masa depan kita, takut itu menjadi pengaruh bagi pasangan dan keluarga kita.
Benar jika ada pendapat berpikirlah liar seolah kamu masih berusia muda. Karena sewaktu kita muda kita tak akan sempat memikirkan kekhawatiran kita. Kita belajar bersepeda tak pernah khawatir untuk jatuh berkali-kali, kita tak pernah menyerah untuk bisa belajar memanjat pohon. Itulah kita saat masih usia muda, usia remaja, yang suka mencoba dan terus mencoba ingin tahu.
Saat ini memasuki usia 30 tahun, aku teringat akan masa-masa dimana rasa khawatir itu muncul ketika lulus kuliah tak juga bisa mendapatkan pekerjaan. Setelah mendapatkan pekerjaan masih juga suka khawatir kapan bisa menemukan pasangan hidup. Mengingat dari sekian teman cowok tidak ada yang bisa serius. Bahkan hubungan yang terjalin lama pun hanya sekedar putus nyambung dan tak berujung. Mereka semua menjanjikan masa depan, tapi tak pernah ada yang bisa hingga ke pelaminan.
Namun ternyata rasa khawatir itu tak pernah terjadi. Karena takdir dari Tuhan membawaku bisa mendapatkan pekerjaan dan pasangan hidup tepat pada waktunya.
Setelah menikah pun masih cemas kapan bisa punya anak. Tapi aku kembali lagi teringat bahwa Tuhan akan menghadirkannya di waktu yang tepat menurut rencananya.
Jangan pernah membiarkan pendapat orang lain mempengaruhi hidup kita. Karena artinya kamu akan menjalani hidup dengan lebih banyak gelisah, rasa takut dan cemas.
Tidak semua rencana kita akan berhasil. Tidak semua rencana kita akan berjalan mulus. Terkadang rencana kita dibelokkan. Namun percayalah bahwa itu adalah yang terbaik dari-Nya.
Persoalan lain yang muncul bersama dengan rasa khawatir itu sendiri adalah bagaimana kita menanggapi pendapat orang lain. Terkadang kita akan merasa tersakiti, kecewa, merasa ditinggalkan oleh seseorang. Entah itu kawan atau pacar. Ketahuilah bahwa tugas kita bukanlah untuk membuat semua orang bahagia. Berbaik hatilah pada diri sendiri. Ketika kamu merasa dia menyakitimu, berikanlah batasan untuk mengenalnya. Bukan memutuskan hubungan pertemanan, tapi perlu kamu beri batasan mau kita taruh di lingkaran (circle) pertemanan yang mana.
Rasa khawatir itu juga muncul bagaimana pendapat orang terhadap diri kita. Apa warisan yang bisa kita tinggalkan kelak untuk keluarga. Itu semua memang penting. Namun ada yang lebih penting dari itu semua. Bagaimana kamu menjalani hidup dengan baik dan berintegritas. Itulah yang utama. Karena bagaimana kamu bisa meninggalkan kebaikan jika kamu lupa untuk hidup dengan baik.
Menyenangkan semua orang itu memang baik. Tapi bukan tugas kita untuk bisa memenuhi semua harapan mereka. Aku juga pernah tulis artikel tentang perlukah kita memenuhi ekspektasi semua orang.
All is well, semua akan baik-baik saja. Dan kamu akan mengetahuinya ketika saat-saat itu telah berlalu. Upayamu memang menghasilkan tapi tidak dengan kekhawatiran yang kamu rasakan. Karena semuanya akan baik-baik saja.
Ingatlah 3 kata ini. 3 kata yang bisa menjadi mantra ketika kamu mulai merasa khawatir terhadap masa depanmu. Cukup lakukan apa yang ingin kamu lakukan tanpa perlu memberi bumbu rasa cemas dan khawatir.
All is well…maka semua akan baik-baik saja. Kekhawatiranmu bisa menjadi nyata ketika kamu terlalu memikirkannya. Karena apa yang kamu pikirkan itulah yang terjadi dalam hidupmu.
Sebagai manusia tugas kita hanya berusaha, berdoa dan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Biarlah Dia yang bekerja untuk hidup kita. Teruslah untuk bersyukur dan berterima kasih pada kehidupan. Karena All is Well, semua akan baik-baik saja.
Kekhawatiran kita itu seperti rumput liar. Kadang kita memang harus membiarkan rumput liar itu ada, asalkan kita tidak memberinya makan, dan kita tidak menyiraminya. Sama seperti rasa cemas, rasa takut, kepedihan, kesedihan, kekecewaan, dan semua hal negatif lainnya. Jika kita tak pernah menyiraminya, maka mereka semua akan mati.
Jangan pernah menyirami kepedihan, kekecewaan, ketakutan. Karena kamu tak akan pernah lepas darinya. Sebaliknya tinggalkan mereka semua yang negatif di masa lalu. Lembaran yang baru tak akan pernah bisa kau baca ketika kamu hanya memandang pada lembaran yang lama.