Krisis identitas wajar terjadi pada setiap orang. Tidak hanya melanda remaja, tetapi juga orang dewasa yang mengalami perubahan dalam hidupnya.
Jika saat ini Anda merasa bingung apa makna hidup Anda, mempertanyakan siapa diri Anda yang sebenarnya, dan tidak tahu tujuan hidup Anda tandanya Anda sedang mengalami kondisi mental yang dinamakan krisis identitas.
Apa Itu Krisis Identitas ?
Istilah krisis identitas pertama kali dikenalkan oleh Erik Erikson, seorang ahli psikolog dan psikoanalis dari Jerman. Dia mengatakan bahwa krisis identitas tidak hanha terjadi pada usia remaja, tetapi juga paruh baya.
Setiap orang pada dasarnya membutuhkan identitas diri bagaimana dia melakukan hal yang disukai dan bagaimana dia dikenal oleh orang lain. Identitas ini merupakan sesuatu yang terus tumbuh sepanjang hidup dimana dia menemukan tantangan atau perubahan baru di setiap fase hidup.
Jadi bisa dikatakan bahwa pengembangan kepribadian seseorang tergantung dengan seberapa dia berhasil dalam menghadapi setiap konflik atau tantangan dalam hidupnya dan menyelesaikannya dengan baik.
Penyebab Terjadinya Krisis Identitas
Krisis identitas adalah ketika Anda mempertanyakan siapa diri Anda dan apa tujuan hidup Anda. Berkut ini beberapa penyebab atau kondisi dimana krisis identitas itu bisa terjadi.
- Sakit
- Kehilangan orang yang dicintai
- Perceraian
- Kehilangan pekerjaan atau memulai pekerjaan baru
- Memiliki anak
- Pindah ke lingkungan baru
- Menjalin hubungan baru
- Mengalami kejadian traumatis
Termasuk hal yang wajar ketika Anda mempertanyakan siapa diri Anda dan apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup ini. Namun bila Anda mempertanyakan tentag eksistensi diri Anda ketika sedang mengalami perubahan besar atau tekanan hidup, maka Anda sedang mengalami krisis identitas.
Ciri – ciri Krisis Identitas
Lalu apa sih ciri atau tanda kita sedang mengalami krisis identitas diri? Penjelesan spesifik berikut ini mungkin bisa membantu Anda mengenali gejala-gejala kondisi mental Anda.
- Mempertanyakan siapa diri Anda secara keseluruhan dan dalam segala aspek kehidupan, seperti usia, hubungan, atau karier.
- Merasa memiliki konflik pribadi yang besar
- Sedang mengalami perubahan besar atau tekanan yang mempengaruhi pendapat mengenai diri sendiri
- Mempertanyakan nilai hidup, spiritual, dan minat yang berpengaruh besar bagi masa depan diri sendiri
- Terus mencari arti dan makna hidup, serta apa yang membuat Anda termotivasi untuk terus hidup
Beberapa ciri tersebut di atas tepat saya alami ketika saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saya karena prinsip hidup saya yang ternyata tidak sejalan dengan pekerjaan saya. Namun kemapanan dan kesuksesan dalam pandangan orang lain dan keluarga besar yang diberikan pada saya membuat mereka menentang apa yang menjadi pilihan hidup saya. Waktu itu saya persis selalu mempertanyakan siapa diri saya yang sesungguhnya, apa sebenarnya yang saya cari dalam hidup ini, apakah kebahagiaan mereka berpengaruh juga pada kebahagiaan diri saya. Sedangkan saya malah merasa seperti robot yang bekerja pagi hingga malam dimana saya harus melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan hati nurani saya.
Saya pun berpikir sampai kapan saya terus memenuhi ekspektasi mereka dengan bekerja setengah hati seperti ini. Saya senang melihat mereka bahagia tetapi tidak dengan mengorbankan diri saya sendiri.
Waktu itu saya belum paham bahwa saya dilanda krisis identitas. Namun yang saya lakukan adalah terus mencari hal-hal yang saya minati, hal-hal yang membuat saya terus termotivasi.
Tidak heran mengapa krisis identitas banyak terjadi pada remaja. Karena standar sukses yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang di sekitar pada diri mereka. Sehingga remaja-remaja ini akan hidup mengejar sukses sesuai standar orang lain, bukan diri mereka sendiri.
Krisis identitas generasi muda juga terjadi karena pengaruh sosial media. Saat ini banyak orang yang selalu memposting kegiatan mereka setiap harinya. Otomatis akan berpengaruh pada orang-orang yang merasa tidak memiliki sesuatu yang bisa dishare ke media sosial dan akhirnya menilai dirinya tidak sukses, tidak produktif, dan tidak berguna. Padahal sibuk tidak berarti sukses. Saya pernah membuktikannya. Sibuk hanya menghabiskan waktu tanpa melakukan sesuatu hal yang produktif dan tentunya kita sukai.
Oleh karena itu, bila salah tindakan maka krisis identitas bisa berujung depresi. Lalu bagaimana upaya mengatasi krisis identitas ini? Berikut ini akan kita bahas.
Upaya Mengatasi Krisis Identitas
Mengapa perlu diatasi? Karena krisis identitas bila sudah mencakup unhealthy belief (pikiran yang tidak sehat) seperti merasa diri tidak berguna, tidak sukses, dan penilaian buruk lainnya terhadap diri sendiri bisa berujung depresi bahkan bunuh diri.
-
Gali Diri Lebih Dalam
Pada dasarnya hanya diri kita yang bisa menilai diri kita lebih dalam dan lebih baik. Kita bisa menggali lagi perubahan apa yang sebenarnya terjadi pada hidup kita. Apakah memiliki dampak positif atau negatif.
Abaikan dulu apa pendapat orang lain. Berpikir sesekali bahwa orang lain saja tidak perduli dengan kebahagiaan Anda, lalu kenapa Anda perlu dengan kebahagiaan mereka. Pikiran ini akan sedikit membantu diri Anda untuk lebih mencintai diri Anda sendiri.
-
Pikirkan dan Lakukan Hal Yang Membuat Anda Bahagia
Mungkin selama ini kita lebih sibuk dalam memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan. Pikiran kita pun cenderung lebih mudah mengingat sesuatu yang negatif. Oleh karena itu, ubah lah mindset Anda untuk bisa berpikir positif.
Berdamai dengan diri sendiri juga bisa menjadi alternatif lain untuk bisa memahami diri sendiri. Kita juga perlu memahami bahwa tidak semua hal bisa kita kendalikan. Tapi kita selalu punya pilihan untuk hidup bahagia dan lebih positif lagi.
Jadi kita perlu memikirkan hal-hal baru yang selama ini ingin Anda lakukan tapi belum sempat. Seperti yang saya lakukan, ternyata saya lebih merasa bahagia ketika bisa menulis, ya menulis apa saja. Dengan begitu saya punya media untuk berbagi tanpa memikirkan apakah orang lain akan suka dengan tulisan saya atau tidak.
-
Cari Dukungan
Kenyataan bahwa kita tak bisa hidup sendiri di dunia ini membuat kita merasa membutuhkan dukungan dari orang lain, entah itu pasangan atau teman kita.
Namun kadang muncul masalah lain ketika kita merasa tak memiliki siapa pun yang dapat memahami diri kita. Di sinilah mental spiritual kita juga akan diuji. Keimanan seseorang nyatanya tetap menjadi nomor 1 ketika kita melewati setiap fase dalam hidup.
Krisis itu akan selalu ada dalam hidup kita. Namun kondisi krisis inilah yang membuat mental health kita semakin kuat ketika kita bisa melewatinya dengan baik. Nothing lasts forever. Tidak ada yang abadi. Terus lah mencari apa yang sebenarnya diri kita inginkan. Jangan pernah hidup dengan standar yang diberikan orang lain karena setiap orang memiliki jalan hidup dan fasenya masing-masing. Krisis identitas dan upaya mengatasinya menjadi perlu kita pelajari agar lebih mengenal diri kita yang sesungguhnya.