Cerita cinta Islami menyentuh
hati selalu bisa menginspirasi kaum muslim. Banyak cerita dari para sahabat
Nabi tentang kisah cinta pada jaman dulu.
Kalau Anda mengira kisah
percintaan hanya ada pada jaman setelah Nabi, hal itu salah. Malahan kisah
cinta jaman dulu banyak perjuangan dan pengorbanan yang melebihi kisah Romeo
dan Juliet di jaman modern.
Simak berikut ini cerita
cinta Islami menyentuh hati :
Cerita Cinta
Islami Menyentuh Hati dari Sahabat Nabi
Handzalah-Jamilah,
Kisah Cinta Sahabat Nabi yang Mengharukan
Handzalah bin Abi Amir
merupakan sosok pemuda Anshar yang
tangguh dari Kabilah Aus. Ia juga menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat tunduk kepada
perintahnya.
Suatu hari, Handzalah menikah
di Madinah dengan seorang perempuan yang dicintainya bernama Jamilah binti
Abdullah.
Perjalanan
asmara antara Handzalah dan Jamilah disebut-sebut sebagai kisah cinta sahabat
Nabi yang mengharukan karena harus mengutamakan rasa cintanya kepada Allah.
Dikisahkan setelah hari pernikahan Handzalah, ia meminta izin kepada Rasulullah
untuk bermalam bersama istrinya. Rasulullah pun mengizinkan.
Layaknya pasangan yang baru menikah Handzalah dan Jamilah diselimuti rasa
bahagia dengan menyandang status baru sebagai suami-istri.
Akan tetapi suasana kota Madinah saat itu memang tengah mencekam karena isu
peperangan. Sejumlah prajurit Muslim banyak bersiaga di berbagai sudut kota.
Meski mencekam, di malam itu juga Handzalah sedang menikmati malam pengantin
bersama istri tercinta.
Malam kebahagiaan telah berlalu setelah terbitnya fajar. Handzalah pun
melaksanakan salat Subuh namun ia segera kembali ke pelukan istrinya.
Di saat bersamaan terdengar sayup-sayup suara yang menyerukan “Mari Berjihad”
sebagai pertanda dari Rasulullah untuk memerintah perang.
Berat sekali pilihan Handzalah kala itu karena harus memenuhi perintah
Rasulullah dan meninggalkan istri tercintanya seorang diri tepat pada malam
pernikahannya yang pertama.
Namun karena keteguhan hati, pendirian, serta kepatuhannya kepada Rasulullah
dan agama, ia pun bergegas memenuhi panggilan perang tersebut.
Begitupun dengan istri Handzalah. Jamilah sangat mendukung suaminya untuk ikut
dalam peperangan karena rasa cinta keduanya kepada Allah juga lebih tinggi.
Jamilah
hanya bisa memeluk dan menatap Handzalah sebagai tanda perpisahan melepas
kepergian sang suami untuk berjihad melawan kaum Quraisy pada Perang Uhud.
Sebuah pedang dibawa Handzalah untuk berperang. Keadaan dirinya saat pergi
tidak sempat mandi junub.
Dalam keadaan junub Handzalah segera bergabung dengan para prajurit Muslim
Rasulullah, sambil menghadap musuh dari kaum kafir Abu Sufyan.
Pada sesi pertama prajurit Muslim mampu mengalahkan musuh, namun kawanan Muslim
kembali diserang dari belakang.
Saat itu juga Handzalah dihantam pedang dan belati oleh kaum kafir Quraisy
sambil dilempari anak panah serta tombak. Tubuh Handzalah terbujur dan
meninggal.
Setelah peperangan Rasul mulai mencari tahu satu per satu prajurit Muslim yang
gugur dalam perang Uhud.
Tidak
berselang lama Rasul melihat jasad Handzalah dalam keadaan bersih dari bercak
darah. Bahkan rambutnya basah, padahal kondisi Bukit Uhud gersang tanpa air.
Semua yang melihat takjub, namun sahabat Nabi memberitahu bahwa Handzalah baru
saja menikah dan ia dalam keadaan junub.
Nabi pun mengatakan, “Aku melihat dia telah dimandikan oleh para malaikat
di antara langit dan bumi.”
“Handzalah meninggal dengan status syahid dimuliakan oleh para malaikat
karena keteguhan membela Islam,” tulis Muhammad Nasrulloh dalam buku
Kisah-kisah Inspiratif Sahabat Nabi tentang Handzalah yang Dimandikan Malaikat.
Kabar meninggalnya Handzalah sampai pada Jamilah yang tengah menanti kepulangan
suaminya usai berperang.
Rasa sedih mendalam menyelimuti hati Jamilah, ia tidak pernah menyangka akan
menjanda secepat itu setelah hari pernikahannya yang baru digelar.
Kepergian Handzalah memang sangat cepat dan mengukir sebuah kisah cinta sahabat
Nabi yang mengharukan. Namun Jamilah tetap bersabar serta ikhlas melepasnya ke
pangkuan Allah.
Sejak saat itu Handzalah tidak sekadar dijuluki mujahid melainkan mendapat
sebutan Ghasilul Malaikah, yakni orang yang disucikan makhluk Allah yakni para
malaikat.
Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Siapa yang tidak kenal kisah cinta Ummu Sulaim dan Abu
Thalhah dengan keislaman sebagai maharnya. Bahkan hingga Tsabit seorang perawi
hadits- meriwayatkan dari Anas, “Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang
wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya.”
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu
Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan,
jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu
menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
“Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang
seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya
seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa
keinginan saya?”
“Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan,” kata Abu Thalhah.
“Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan.
Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam,” tukas Ummu Sualim
tandas.
“Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?” tanya Abu
Thalhah.
“Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri,” tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah SAW. yang mana saat
itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah,
Rasulullah SAW. berseru, “Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya
Islam tampak pada kedua bola matanya.”
Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah SAW. lisan Abu
Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, “Saya mengikuti ajaran Anda, wahai
Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali
Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.”
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan
maharnya adalah keislaman suaminya. Selanjutnya mereka menjalani kehidupan
rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
Cerita
Cinta Islami Menyentuh Hati dari Rasulullah
Rasulullah SAW dengan Siti Khadijah
Siapa yang tidak kenal kisah percintaan Rasulullah SAW
dengan Siti Khadijah, istri yang berjuang dengan sungguh-sungguh bersama dengan
Rasulullah dalam menyebarkan agama islam. Sekaligus ibu dari anak-anak
Rasulullah SAW. Apalagi figur Rasulullah selalu menjadi teladan yang baik
bahkan dari kisah cintanya. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam
cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat
Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesediaan Nabi SAW. untuk menikahi
Khadijah, maka Beliau menjawab Ya, seolah-olah Beliau memang telah
menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita
shahabiyah yang menemui Rasulullah SAW. Wanita ini bertanya, “Ya Rasulullah,
mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan
seruan besar.”
Sambil menangis Rasulullah SAW menjawab, “Masih adakah
orang lain setelah Khadijah?”
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad SAW untuk
menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi
Muhammad SAW menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan
pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi SAW,
Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun
Khadijah meninggal.
Rasulullah SAW dan Aisyah
Sudah banyak cerita dan buku-buku islam yang mengisahkan
bagaimana cintanya Rasulullah SAW dengan Aisyah putri Abu Bakar. Bahkan, jika
Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab,”Aisyah.”
Tapi walaupun begitu, rasa cinta Rasulullah kepada
Khadijah tetaplah besar, ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau
menjawab, “Cinta itu Allah karuniakan kepadaku.” Cinta Rasulullah pada keduanya
berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini
melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi SAW. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala
nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu
padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan,
kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat
menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah
Kisah percintaan lainnya yang selalu membuat siapapun
berdebar dan berdecak kagum ketika membaca kisahnya yaitu kisah cinta Ali dan
Fatimah Putri Rasulullah SAW. Bagaimana kisah cinta itu terbingkai dalam
keindahan yang luar biasa, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan
kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon
saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka.
Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh
kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah SAW.
itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar bin Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya.
Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan
lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah SAW. Akhirnya Ali
memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal
baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya
kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah
kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah
denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan
aku ingin menikah dengannya.” Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah
dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum
Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu.”
Cerita Cinta Islami Menyentuh Hati dari Nabi Yusuf As.
Zulaikha dan Yusuf As.
Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga
Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut
sedikit ulasan tentang cinta mereka.
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di
barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau
bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan pribadi yang
amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi
lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut
memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang
Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga
beliau menolak semua pinangan putra raja yang lain. Setelah bapaknya mengetahui
isi hati putrinya, bapaknya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga
mengasilkan majelis pernikahan dengan Wazir Negeri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama,
hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut,
bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada
suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat
kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah
kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat
bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir di kerajaan
Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha
terus bertekad untuk terus taat kepada suaminya karena ia percaya ia selamat
bersamanya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz
membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha
terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan,
menarik dan menawan.
Sabda Nabi SAW. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit
bin Anas memperjelasnya: “Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh
kecantikan dunia.”
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada
Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak
menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di
dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahwa
kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang
dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut
bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan
diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi istrinya, “Tidakkah
keadaan dan hubungan kita sekarang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau
inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai
kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang
pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah
perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa
akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan
gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim
bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.
Sebenarnya masih banyak cerita cinta Islami menyentuh
hati lainnya dalam sejarah islam yang bisa kita teladani dan sangat indah. Jadi
jangan pernah berhenti belajar dan berdoa, agar kisah cinta itu dapat terilhami
dalam kisah cinta kita. Kisah cinta yang baik hanya karena Allah SWT.
Source :
https://media.ihram.asia/2016/04/20/kamu-harus-tahu-kisah-cinta-paling-indah-dalam-sejarah-islam/
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210405114113-284-626032/handzalah-jamilah-kisah-cinta-sahabat-nabi-yang-mengharukan