Sumber Gambar : ciburial.desa.id |
Berikut ini ada beberapa cerita inspiratif tentang keluarga
yang bisa kamu baca. Keluarga adalah tempat suka dan duka bisa dilalui bersama.
Namun di luar sana banyak juga orang-orang yang kurang
beruntung dalam memiliki keluarga. Keluarga bukan tentang kita kaya atau miskin
dilihat dari harta yang dimiliki. Karena banyak juga anak orang kaya yang
justru merasa kurang perhatian saat berada di rumah.
Mari kita simak cerita inspiratif dari ketiga keluarga
sederhana yang sangat memotivasi ini dalam menghadapi berbagai cobaan yang
datang.
Cerita Inspiratif Tentang Keluarga yang Terpisah Jarak dan
Waktu
Supinah adalah seorang ibu yang tinggal di sebuah desa kecil di
Cimahi, Jawa Barat, bersama dengan anak bungsunya, Ariani, yang berusia 8
tahun. Suaminya bekerja merantau di Papua. Sementara anak sulung dan anak
keduanya bekerja menjadi TKI di Hong Kong dan Malaysia. Supinah sudah tidak
bertemu dengan suami dan kedua anaknya selama 3 tahun terakhir. Ketika suami
dan anak-anaknya menyatakan keinginannya untuk pulang, Supinah selalu menjawab,
“Tidak usah pulang. Lebih baik uangnya ditabung saja. Kita kan bisa
berkomunikasi melalui telepon.” Sebenarnya pedih hati Supinah saat mengatakan
hal tersebut. Siapa sih yang tidak rindu dan ingin bertemu dengan suami dan
buah hati tercinta? Hari ini adalah ulang tahun Ariani. Supinah sudah sibuk
membuat nasi kuning ala kadarnya untuk merayakan ulang tahun si bungsu secara
sederhana. Saat sedang menumis masakan di dapur, Supinah memanggil Ariani untuk
mengambilkan kecap, “Ani, tolong ambilkan Ibu kecap, Nak.” Tanpa menoleh ke
belakang, Supinah menerima kecap yang diberikan oleh Ariani. “Ada lagi yang Ibu
butuhkan?” Spontan Supinah menoleh karena itu bukanlah suara Ariani. Itu suara
Herman, anak sulungnya yang bekerja di Hong Kong. “Man! Astagfirullah! Benarkah
ini kamu, Herman?” Supinah berbalik sambil memegang kedua pipi anaknya. “Iya,
Bu. Ini Herman,” jawab Herman sambil memeluk Supinah. Tak lama, seorang wanita
muda berparas manis masuk ke dapur sambil menggandeng Ariani, “Assalamualaikum,
Ibu. Maaf Devi nggak langsung masuk, habis Ani nggak sabar ingin melihat
kadonya, Bu.” “Ya Allah! Herman! Devi! Kalian pulang, Nak,” tangis haru Supinah
pecah lantaran rindu yang menggelora di dalam hati kini terobati. Kebahagiaan
Supinah semakin lengkap ketika Priyanto, suaminya, datang sore itu. Mereka
saling bercengkrama, bertukar cerita satu sama lain, dan menikmati nasi kuning
sederhana buatan Supinah. Momen ini adalah kado terindah untuk Ariani dan
Supinah. Bagi mereka, kebahagiaan yang sesungguhnya bukanlah datang dari harta
atau kekayaan, melainkan dari rasa kebersamaan yang hadir saat seluruh anggota
keluarga dapat berkumpul bersama meski dalam kesederhanaan.
Cerita di atas mencoba memberi gambaran kepada kita bahwa
sejauh-jauhnya keluarga adalah kerinduan yang paling dalam. Meski mereka
berpisah karena kondisi ekonomi, tetapi tidak pernah menyurutkan rasa rindu
akan kehadiran satu sama lain.
Keterbatasan hidup dan kesabaran mereka adalah kepasrahan
sekaligus keyakinan terhadap Allah bahwa suatu saat mereka akan bertemu dan
berkumpul kembali.
Cerita Inspiratif Tentang Keluarga Penjual Tauwa
Cerita tentang keluarga penjual tauwa ini berawal dari Pak
Timan, seorang pedagang tauwa yang berdagang dengan sepeda dan menjajakan
makanan olahan dari susu kedelai ini di pusat keramaian Kota Surabaya. Pak
Timan adalah single parent karena istrinya telah lama meninggal. Pak Timan
menghidupi dua anaknya, yakni Tiara yang sudah kelas 3 SMA dan Arman yang masih
duduk di bangku kelas 2 SMP. Saat subuh, Tiara selalu membantu ayahnya memasak
tauwa. Bahkan, sebelum salat subuh, Tiara harus bangun untuk membantu ayahnya
di dapur. Pernah suatu saat Tiara mengeluh kepada ayahnya, “Sudah belasan tahun
ayah berjualan, tapi mengapa ekonomi kita tetap begini-begini terus ya, Yah?
Nampaknya, Tuhan tak adil dengan kita.” Pak Timan langsung berhenti mengaduk
susu kedelai dan menatap anak sulungnya dengan penuh kasih, “Kamu salah, Nak.
Justru Tuhan sangat adil. Kita diberi makan sampai sekarang itu suatu mukjizat.
Bahkan, dengan penghasilan Ayah yang pas-pasan seperti ini, Ayah bisa
menyekolahkanmu dan Arman. Oleh karena itu, belajarlah yang giat dan raihlah
prestasi agar kamu mendapat pekerjaan yang lebih baik dari Ayah.” Tiara merenungi
perkataan ayahnya. Sedari kecil ia melihat perjuangan ayahnya yang sangat besar
untuk menghidupi keluarganya. Sejak saat itu, Tiara pun merasa bahwa Tuhan itu
sangat adil, karena Tuhan telah memberinya ayah sehebat ayahnya.
Hidup dengan penuh keterbatasan tidak
seharusnya lantas membuat kita merasa rendah diri, apalagi menganggap bahwa
Allah tidak adil. Karena ketika mau terus berusaha dan berdoa, Allah pasti akan
mengubah nasib hamba-Nya.
Seperti Pak Timan yang selalu merasa
optimis dan menghadapi keadaan dengan hal-hal positif. Tidak perlu menunggu
kaya untuk bisa bahagia dan bersyukur. Justru kebahagiaan kita adalah ketika
mampu mensyukuri apa yang Allah berikan pada kita hari ini.
Cerita Inspiratif Tentang Keluarga Gadis Penjaga
Loket Bioskop
Namaku Tamara. Sebagai lulusan SMA, mendapat pekerjaan sebagai
penjaga loket di bioskop ternama memang sangat menyenangkan. Ketika aku sedang
tak bertugas di depan pintu bioskop, aku berkesempatan untuk turut menyaksikan
film baru yang sedang diputar. Gratis pula. Tapi, saat-saat aku sedang berdiri
di ujung studio dan melihat film yang sedang diputar, aku teringat orang tua
dan adikku yang belum pernah masuk dan menonton film di dalam bioskop. Dan hari
ini aku bermaksud memberi surprise dengan mengajak keluarga nonton film di
bioskop. Aku membeli 4 tiket untuk kami sekeluarga. Saat pekerjaanku sudah
selesai, keluargaku datang ke tempatku bekerja. Aku bilang ingin mengajak
mereka makan di luar dan meminta mereka untuk datang kemari agar kami bisa
pergi bersama. Ketika orang tua dan adikku datang, aku langsung menggiring
mereka masuk ke studio. Aku bisa melihat raut wajah mereka yang kebingungan,
terutama ketika kami sudah menempati kursi di dalam studio. “Ra, kenapa ke
sini? Katanya mau makan di luar?” Tanya ayahku. “Kak, ini pertama kali Adi
masuk ke gedung bioskop! Adi besok bisa cerita dengan teman-teman,” kata
adikku. Aku menatap mereka dengan penuh haru. “Ini kejutan dari Ara, Yah.
Akhirnya kita bisa nonton film di layar yang besar dan tempat yang nyaman bersama-sama,”
jawabku. Aku menatap raut bahagia di wajah ayah, ibu, dan adikku. Walaupun aku
hanya seorang penjaga loket bioskop, itu tak jadi alasan untuk tidak
membahagiakan keluargaku, bukan?
Cerita seorang gadis penjual tiket bioskop di atas cukup
membuat terharu. Karena alih-alih berpikir bahwa dia hanyalah penjual tiket,
untuk membawa keluarganya sekedar menonton bioskop saja adalah hal yang
mustahil.
Namun tidak begitu yang ada di pikiran Tamara. Justru
dia merasa selalu ada kemungkinan untuk bisa berbagi kebahagiaan, meski dia
bekerja sebagai penjual tiket bioskop. Tamara menunjukkan kepada kita bahwa
hidup dalam kondisi kekurangan bukan halangan untuk membahagiakan orang-orang
terkasih.
Semoga ketiga cerita inspiratif tentang keluarga di atas
bisa memberikan kita motivasi dalam menghadapi setiap cobaan apapun kondisinya.
Referensi Cerita :
https://www.tehsariwangi.com/artikel/3-cerita-tentang-keluarga-yang-sangat-menginspirasi