Berikut ini sebuah cerita
pendek Islami tentang kejujuran yang berjudul “Jujur Itu Membawa Berkah” karya
Diana Asya Veronika yang dipublikasikan pada situs cerpenmu.com. Silahkan simak
ceritanya di sini!
Jujur Itu Membawa Berkah
Cerpen
Karangan: Diana Asya Veronika
Kategori: Cerpen Anak
Lolos moderasi
pada: 15 February 2017
Pada
suatu hari, di sebuah kota besar hiduplah sebuah keluarga kaya raya yang
terdiri dari Pak Dodi, Bu Wina dan anaknya perempuan bernama Tania.
Sore
itu, Bu Wina bersama anaknya Tania pergi ke pasar untuk membeli baju. Sesampai di
pasar Tania dan ibunya membeli berbagai macam baju yang sangat cantik-cantik.
Dan tibalah saatnya mereka pulang. Tetapi Bu Wina, sangat terburu-buru ingin
pulang, sehingga dompetnya ketinggalan. Dompet Bu Wina ternyata didapati oleh
seorang anak yang sangat dekil. Anak itu ternyata adalah seorang pengemis. Sesampai
di rumahnya, Bu Wina baru menyadari ternyata dompetnya hilang di pasar.
“Yah
ibu, kenapa dompetnya bisa ketinggalan di pasar, sih? Padahal di dompet itu kan
bisa untuk uang jajanku seminggu ini” kata Tania dengan nada marah.
“Apa
yang harus diperbuat lagi, Nak! Sudahlah, untuk apa kita menyesali sesuatu yang
telah hilang” kata Ibu Wina menasehati anaknya.
“Baiklah
Bu” kata Tania.
Ternyata
pengemis yang telah menemukan dompet Ibu Wina adalah seorang anak yang sangat
miskin sekali, ia tinggal bersama ibunya saja, ayahnya sudah lama meninggal.
Nama anak itu adalah Rino, sedangkan nama ibunya adalah Ibu Riva. Dan Rino ini
tidak sekolah seperti anak anak lainnya. Dia hanya mengaji di musholla dekat
rumahnya.
Rino
bingung mau diapakan dompet yang telah ditemukannya itu. Dia mau mengembalikan
dompet itu kepada pemiliknya tetapi dia tidak tau di mana alamat pemilik dompet
itu. Mau diberikan kepada ibunya, pasti ibunya akan menyuruhnya mengembalikan
dompet itu kepada pemiliknya. Rino pun membuka isi dompet itu, ternyata di
dalam dompet itu lumayan banyak uangnya. Bagi Rino, uang itu sudah lebih dari
cukup.
“Wow,
banyak sekali uangnya.. lebih baik aku simpan saja uangnya, ini kan sudah lebih
dari cukup untuk kebutuhan sehari-hariku bersama ibu. Tapi, kalau ketahuan sama
ibu, gimana ya? Ahh, aku sembunyikan saja uang ini di dalam lemari.”
Malam
hari, Rino baru pulang. Karena ia membeli keperluan ia dan ibunya. Ibu Riva
menegurnya.
“Rino,
ke mana saja kamu? Malam-malam gini baru pulang.” tanya Ibu Riva dengan nada
marah.
“Aku
baru pulang dari minimarket, Bu. Aku membeli keperluan sehari-hari kita” jawab Rino
sembari menunjukkan barang-barang yang dibelinya.
“Darimana
kamu mendapatkan uang untuk membeli barang-barang ini?” tanya Ibu Riva heran.
“Aku
mendapatkan uang ini dari hasil mengamenku hari ini, Bu” jawab Rino.
“Ya
sudah, sekarang waktunya untuk tidur. Ini sudah malam sekali” perintah Ibu Riva
kepada Rino.
“Baiklah,
Bu” Rino menuruti perintah ibunya. Tiba di kamar, Rino cepat-cepat
menyembunyikan dompet itu di dalam lemari bajunya.
Paginya,
Rino bangun sangat pagi-pagi sekali. Dia bangun pagi-pagi karena dia akan
mengaji di musholla dekat rumahnya.
“Bu,
Rino berangkat mengaji dulu ya, assalamualaikum” kata Rino sambil mencium
tangan ibunya.
“Waalaikumsalam”
kata Ibu Riya.
Di
musholla, anak-anak segera mengaji, selesai mengaji pak ustadz akan memberikan ceramah.
Semua anak-anak yang mengaji di situ sangat suka mendengarkan ceramah dari pak
ustadz. Ceramah kali ini yang disampaikan oleh pak ustadz adalah tentang “BERBOHONG
ADALAH PERBUATAN MUNAFIK”.
Jam
8 tibalah waktunya anak-anak pulang. Dalam perjalanan pulang, Rino ingat
ceramah dari pak ustadz tadi bahwa, “berbohong itu adalah perbuatan munafik,
dan janganlah berbohong, buatlah kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa
berkah.”
“Ah,
aku akan mengembalikan dompet itu” kata Rino di depan pintu rumahnya.
“Assalamualakum,
Bu” kata Rino mengucapkan salam.
“Waalaikumsalam,
eh Rino ” kata Ibu Riya.
“Bu,
sebenarnya ada satu hal yang harus aku katakan kepada ibu. Sebenarnya uang yang
aku belikan untuk membeli keperluan sehari-hari kita itu adalah uang yang aku
temukan kemarin, Bu” kata Rino menyesali dirinya.
“Apaa??
Bagaimana bisa?” kata Ibu Riva dengan tegas.
“Sebenarnya
Bu, kemarin aku di jalan pasar, menemukan dompet. Di dalam dompet itu, terdapat
beberapa lembar uang beserta ktp, atm dan barang-barang lainnya, Bu. Tapi aku
sekarang benar-benar menyesal, Bu. Sekarang juga, akan aku berikan dompet ini
kepada pemiliknya.” Kata Rino
“Rino,
ingat ya, kita itu tidak boleh berbuat bohong. Ya sudah, sekarang kamu
kembalikan dompet ini kepada pemiliknya, dan juga, uang yang kamu belikan
barang-barang kemarin, akan ibu ganti tunggu sebentar ya” kata Ibu Riya dengan
lembutnya.
“Terima
kasih Bu” kata Rino.
Rino
segera mencari alamat pemilik dompet itu, di ktpnya tertera alamat di situ:
Nama: Wina Astiarti
Alamat: Jalan Diponegoro nomor 40
Rino pun segera ke jalan diponegoro, sesampai di sana, dia mencari rumah nomor
40.
“Akhirnya
ketemu juga rumahnya” kata Rino.
“Assalamualaikum”
kata Rino sambil mengetuk-ngetuk pintu rumah itu.
“Waalaikumsalam,
kamu siapa ya Nak?” tanya Ibu Wina.
“Bu,
perkenalkan nama saya Rino. Saya tinggal di jalan jambu. Saya tinggal bersama
ibu saja. Kemarin saya menemukan dompet ini Bu, apakah ini milik Ibu?” jawab Rino
sambil melihatkan dompet itu.
“Benar,
ini adalah dompet saya yang telah hilang dua hari lalu, terima kasih banyak ya
nak Rino” kata Bu Wina dengan tersenyum.
“Ya
sudah Bu, saya pulang dulu ya Bu” kata Rino.
“Eh,
tunggu dulu Nak. Sebagai gantinya maukah ibumu bekerja di restoran pizza di
kota sebagai pelayan. Kebetulan, ibu punya kenalan di restoran itu.
“Pastinya
ibu saya mau Bu, terima kasih banyak Bu. Saya sangat-sangat berterima kasih
kepada ibu” kata Rino dengan bahagianya.
“Sama-sama,
Nak. Tetapi, justru ibulah yang berterima kasih Nak” kata Ibu Wina.
“Tak
apalah Bu, kita sama-sama berterima kasih” kata Rino dengan tertawa.
Kejujuran
pada awalnya memang sangat menguji diri kita. Namun kejujuran itu lebih baik sekalipun
itu pahit. Pada akhirnya Anda pun akan menuai buah dari kejujuran yang dilakukan.
Source
: http://cerpenmu.com/cerpen-anak/jujur-itu-membawa-berkah.html