“I had found a way
to accept myself in my own life by making movies. I found that I could do
something well.” – Steven Spielberg.
Bagi yang suka menonton film-film Hollywood pasti tidak
asing jika mendengar nama Steven Spielberg. Steven Spielberg sukses menjadi
Produser dan Direktor Film, seperti Jaws, Jurassic Park, Indiana Jones, E.T,
dan masih banyak lagi.
Namun dibalik kesuksesannya ada cerita yang tidak banyak orang
tahu. Kisah inspiratif Steven Spielberg yang dulunya pernah ditolak oleh
beberapa sekolah film, tapi justru kini dia bisa menjadi pembuat film yang
sukses. Mengapa itu bisa terjadi? Kenapa dia ditolak?
Tidak banyak yang tahu bahwa dulu semasa kecil Steven
Spielberg didiagnosa menderita disleksia. Suatu penyakit dimana orang yang mengalaminya
akan merasa kesulitan dalam membaca dan menulis. Otomatis hal ini menjadi
menghambat Steven Spielberg saat belajar di sekolah.
Karena ketidakmampuannya dalam belajar tersebut malah
menjadi bahan ejekan teman-teman sekelasnya. Guru pun memandangnya sebagai anak
yang pemalas, yang tidak mau belajar.
Padahal yang dia rasakan saat itu adalah sulit sekali untuk
bisa membaca seperti yang dilakukan oleh teman-temannya. Steven Spielberg pun
mengalami kesulitan tersebut selama dua tahun. Dia tidak tahu kenapa itu hanya terjadi
pada dirinya.
Ketika semua teman-temannya bisa naik kelas, dia membutuhkan
waktu lama untuk bisa mempelajarai semua mata pelajaran yang diajarkan.
Setidaknya saat itu dia ingin bisa membaca.
Kenyataannya dia selalu menemui masalah ketika belajar dan
itu membuatnya malu untuk datang ke sekolah. Dia merasa takut setiap kali guru
menyuruhnya untuk membaca di depan kelas karena dia tidak bisa melakukannya.
Masa kanak-kanaknya saat itu sangat membuatnya menderita, apalagi
tidak teman atau guru yang mau memahami apa kesulitannya. Dia belajar sangat
keras hanya untuk bertahan di kelas.
Namun ketika beranjak remaja, Steven Spielberg menemukan
passion dalam hidupnya. Dia merasa senang saat membuat film. Membuat film
adalah satu-satunya cara dia mengobati kesedihannya. Film bisa menutupi rasa
malu dan rasa bersalahnya selama ini.
Membuat film adalah pelarian yang indah baginya saat itu. Di
usianya yang masih 12 tahun, dia mulai membuat film pendek. Hingga pada
akhirnya di usia 17 tahun, dia pun berhasil membuat 4 film.
Namun ternyata keluarganya tidak menyetujui keputusannya
untuk berkarir di bidang industry film. Seolah ingin membuktikan bahwa
pilihannya adalah benar, dia pun mulai coba melamar di sekolah-sekolah film.
Karena latar belakang pendidikannya yang cukup buruk, dia
pun ditolak. Penolakan itu terjadi tidak hanya sekali, tetapi hingga tiga kali.
Bisa kamu bayangkan seorang Steven Spielberg dulunya ditolak
oleh sekolah film?
Bukan Steven Spielberg jika dia menyerah saat itu, karena
kita tidak akan mungkin saat ini bisa mendengar namanya dan menyaksikan
film-filmnya yang diputar di bioskop seluruh dunia saat rilis.
Dia memilih untuk tidak berhenti ketika mendapatkan penolakan.
Karena dia menyukai film dan itu adalah passionnya.
Akhirnya Steven Spielberg berhasil membuktikan kemampuannya
dan dalam karirnya dia berhasil dinominasikan sebanyak 17 acara penghargaan
film. Dia pun memenangkan 3 kali penghargaan.
Mari kita melihat kembali masa-masa sulitnya sejak dia masih
kecil. Dulu dia dibully oleh teman-temannya karena tidak bisa membaca dan
menulis. Dia pun dianggap aneh oleh orang lain. Gurunya pun tidak ada yang mau
memahaminya, malah justru memandangnya murid pemalas.
Kini kita bisa melihat dan menjadi saksi kesuksesan
perjalanan hidup Steven Spielberg sebagai seorang pembuat film terhebat.
Kuncinya adalah Steven Spielberg percaya dan yakin akan
kemampuannya. Kesenangannya dalam membuat film, meski tidak disetujui oleh
banyak orang, membuatnya terus bersemangat mengejar mimpinya.
Jadi belajar dari kisah inspiratif Steven Spielberg
tersebut, ketika kita mampu menggunakan energi sepenuhnya hanya untuk apa yang yakini
dan bisa kita lakukan maka hasilnya pun tak akan sia-sia.
Jangan sekali-sekali meragukan kemampuan diri sendiri.
Karena tidak adil memandang diri secara terbatas. Pada kenyataannya kita mampu
melakukannya. Hanya saja mungkin selama ini masih banyak pikiran negative yang
singgah di otak kita, masih banyak rasa kecewa yang mudah menghampiri perasaan
kita (baper).
Oleh karena itu, mulailah yakin pada diri sendiri. Temukan
apa yang kamu sukai dan bisa kamu lakukan. Konsisten untuk menyukai dan melakukannya.
Dan hasilnya kelak bisa kamu nikmati.