Kehidupan selalu memberikan tantangan untuk masing-masing
diri kita. Ujian hidup kita pun tidak selalu sama. Tapi akan selalu ada hikmah
dan pembelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup seseorang.
Kali ini cerita inspiratif datang dari actor Hollywood Vin
Diesel, yang gemar mengikuti film seri Fast n Furious pasti tahu betapa
kerennya dia berlaga di atas mobil balap.
Vin Diesel dulu tidak lah sama dengan yang sekarang. Jika
ada yang mengalami masa lalu yang sama dengannya, harus melihat kedua orang tua
kandungnya bercerai. Meski ada sosok pengganti ayah atau ibu yang nantinya
datang, tapi rasa itu tak akan pernah sama.
Vin Diesel bahkan tidak pernah bertemu dengan ayah
kandungnya. Orang tuanya bercerai sebelum dia lahir dan sejak itu ayah
kandungnya meninggalkannya.
Kemudian Vin Diesel dibesarkan oleh ibu kandung dan ayah
tirinya. Yang dia ketahui tentang ayah kandungnya adalah seorang keturunan
Afrika – Amerika. Sedangkan ibu kandungnya adalah keturunan Jerman, Inggris,
dan Scotlandia. Oleh karena itu, ibunya membesarkannya dengan mengenalkan
berbagai latar belakang ras agar dia menghormati dan mulai mencintai perbedaan.
Namun karena latar belakang ras yang berbeda-beda tersebut
Vin Diesel pun merasa berbeda diantara teman-temannya. Dan dia sempat mengalami
krisis identitas.
Di usianya yang masih 7 tahun, dia bersama kakak dan teman-temannya
terlibat masalah vandalism karena merusak teater. Namun alih-alih pemilik
teater melaporkannya ke polisi tetapi dia mendapatkan tawaran untuk berperan
untuk pertunjukkan selanjutnya.
Sejak saat itu Vin Diesel terinspirasi untuk menjadi actor dan
bermain peran di banyak film. Setelah menyelesaikan SMAnya, Vin Diesel
melanjutkan kuliah untuk belajar menulis kreatif. Sambil kuliah dia juga bekerja
sebagai breakdancer untuk mendapatkan uang. Selain itu, dia juga bekerja
sebagai bouncer di klub malam hingga berlangsung 10 tahun lamanya.
Keinginannya menjadi seorang actor tetap menjadi impian
terbesarnya. Akhirnya dia memilih keluar dari kuliah dan tidak melanjutkannya
lagi. Kemudian dia pergi ke Los Angeles untuk belajar acting. Namun hidup di LA
tidak lah mudah, dia sadar bahwa dia butuh uang untuk bisa bertahan hidup di
sana. Vin Diesel pun bekerja sebagai telemarketing.
Kariernya sebagai telemarketing sebuah perusahaannya
membuatnya belajar arti kerja keras. Sambil bekerja dia juga mendaftarkan
dirinya untuk mengikuti audisi. Kegagalan dan penolakan yang dia alami silih berganti.
Perjalanannya untuk mencapai impiannya tidak lah mudah. Dia
mendapati dirinya ditolak saat mencoba casting untuk sebuah peran film karena alasan
fisiknya yang berbeda, dia berkulit tidak terlalu putih tetapi juga tidak
terlalu gelap, dan rambutnya yang terlalu sedikit juga membuatnya terlihat
aneh.
Dia pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Dia
sadar bahwa dia membutuhkan kemampuan untuk bisa mengendalikan hidup dan
pekerjaannya. Vin Diesel pun mencoba untuk membuat film pendek sendiri.
Project film pertamanya dimulai tahun 1995 dengan judul “Multi-Facial”.
Film pendek tersebut menggambarkan bagaimana perjuangan seorang anak yang berlatar
belakang dari berbagai ras dalam menggapai impiannya untuk menjadi seorang actor.
Film tersebut dia sendiri yang mengerjakan dan memerankannya. Berdasarkan
pengalaman hidupnya selama ini, film tersebut sangat relate dengan kehidupan
dan latar belakangnya.
Film pendek yang dia produksi ternyata disukai oleh Steven
Spielberg dan membawanya pada peran film “Saving Private Ryan”. Saat itu
usianya 30 tahun dan itulah kali pertama dia membintangi film Hollywood.
Terbayarlah sudah perjuangannya selama ini.
“Siapa dirimu hari
ini bukan lah dirimu 10 tahun mendatang. Dan dirimu 10 tahun kemudian ada di
tanganmu sendiri”.
Meski membintangi banyak film tapi Vin Diesel lebih dikenal
sebagai pemeran film seri “The Fast And The Furious”. Dia pun berhasil menjadi
salah satu actor Hollywood dengan bayaran termahal. Penghasilannya mencapai
$200 Juta.
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah inspiratif Vin Diesel
yang pantang menyerah tersebut?
Mulai lah mempercayai dirimu sendiri di setiap aspek
kehidupanmu. Mulai dari bagaimana kamu yakin saat memilih teman, pekerjaan yang
kamu ambil, jurusan yang saat ini kamu pelajari, dan impianmu selama ini.
Karena itu semua akan berdampak pada peran masa depan yang akan kamu jalani.
Pilihan kita untuk mendengarkan suara-suara yang melintas di
kepala kita yang akan menentukan jalan hidup. Ketika kamu memilih untuk tidak
mempercayai dirimu sendiri maka itulah yang akan terjadi 10 tahun yang akan
datang.
Ingatlah bahwa dirimu memiliki potensi dan peluang untuk
mencapai impianmu. Meski tak bisa dipungkiri, takut akan kegagalan selalu
menghantui. Namun orang yang berhak melangkah hanyalah dirimu sendiri dan
jadilah actor dalam hidupmu.
Tutup lah matamu sejenak ketika kamu merasa takut dan
bayangkan versi terbaik dirimu yang mungkin bisa kamu lakukan. Abaikan sisi
dirimu yang tak mempercayai dirimu sendiri.