Kumpulan kisah cerita
teladan islami untuk anak berikut ini berupa cerita inspiratif fiksi. Percakapan
dalam cerita sering kali menarik bagi anak karena mereka bisa membayangkan dan
berimajinasi secara bebas.
Oleh karena itulah, saya
pun jadi suka menulis dan mengumpulkan cerita inspiratif. Selain memang menarik,
pesan moralnya yang coba disampaikan melalui cerita pun sering kali menyentuh
hati. Dikala sedih jadi merasa bahwa ada yang lebih menyedihkan, dikala kecewa
seperti mendapat teman yang bijak, dan dikala senang pun terasa ada yang diajak
berbagi karena memiliki kondisi yang bisa jadi mirip.
Yuk segera simak
kisah-kisahnya berikut ini :
Kumpulan Kisah Cerita
Teladan Islami Untuk Anak Tentang Pertarungan dalam Diri
Dua Ekor Singa
Suatu
sore di tengah telaga, terlihat dua orang yang sedang memancing. Tampaknya, ada
ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu mereka disana. Dengan perahu kecil,
keduanya sibuk mengatur joran dan umpan. Air telaga bergoyang perlahan,
membentuk riak-riak air. Gelombangnya mengalun menuju tepian, menyentuh
sayap-sayap angsa yang sedang berjalan beriringan. Suasana begitu tenang,
hingga terdengar sebuah percakapan.
“Ayah.”
“Hmm..ya..” Sang ayah menjawab pelan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya
yang terjulur. “Beberapa malam ini,” ucap sang anak, “Aku bermimpi aneh. Dalam
mimpiku, ada dua ekor singa yang tampak sedang berkelahi dalam hatiku.
Gigi-gigi mereka, terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk mencakar dan
menggeram, seperti saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling
menjatuhkan.”
Anak
muda ini terdiam sesaat. Lalu, mulai melanjutkan cerita, “Singa yang pertama,
terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Badannya pun kokoh dan
bulunya teratur. Walaupun suaranya keras, tapi terdengar menenangkan buatku.”
Ayah
mulai menolehkan kepala, dan meletakkan pancingnya di pinggir haluan. “Tapi,
Ayah, singa yang satu lagi tampak menakutkan buatku. Geraknya tak beraturan,
sibuk menerjang kesana-kemari. Punggungnya pun kotor, dan bulu yang koyak.
Suaranya parau dan menyakitkan.”
“Aku
bingung, apakah maksud dari mimpi ini. Apakah singa-singa itu adalah gambaran
dari sifat-sifat baik dan buruk yang aku punya? Lalu, singa mana yang akan
memenangkan pertarungan itu, karena sepertinya mereka sama-sama kuat?”
Melihat
anaknya yang baru beranjak dewasa itu bingung, sang Ayah mulai angkat bicara.
Dipegangnya punggung pemuda gagah di depannya. Sambil tersenyum, ayah berkata,
“Pemenangnya adalah, yang paling sering kamu beri makan.”
Ayah
kembali tersenyum, dan mengambil pancingnya. Lalu, dengan satu hentakan kuat,
di lontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga. Tercipta kembali
pusaran-pusaran air yang tampak membesar. Gelombang riak itu kembali menerpa
sayap-sayap angsa putih di tepian telaga.
Begitulah.
Setiap diri kita, punya dua ekor “singa” yang selalu bersaing. Keduanya, memang
selalu saling menjatuhkan. Mereka berusaha untuk menjadi pemimpin bagi yang
lainnya. Pertarungan diantara mereka, tak pernah tuntas, karena bisa jadi
sering terjadi pergantian pemenang bagi keduanya. Kalah-menang, dalam
persaingan macam ini, layaknya mata koin yang selalu berganti-ganti. Dan kita
sering dibuat bingung, sebab kedua kekuatan baik-buruk ini terlihat sama kuatnya.
Tapi,
siapakah pemenangnya saat ini dalam diri Anda? Singa yang kokoh, dengan
bulu-bulu yang teratur, dan gerakan yang mantap serta pasti, ataukah singa yang
sibuk menerjang kesana kemari, dengan bulu-bulu yang koyak, dan seringai yang
menakutkan? Lalu, singa macam apa yang kini sedang menguasai Anda, “singa” yang
optimis, pantang menyerah, tekun, sabar, damai, rendah hati, dan toleran,
ataukah “singa” yang pesimis, tertekan, mudah menyerah, sombong dan penuh
dengki?
Saya
percaya, kita sendirilah yang menentukan kemenangan bagi kedua singa-singa itu.
Jika kita sering memberi “makan” pada singa yang damai tadi, maka imbalan
kebaikanlah yang akan kita dapatkan. Jika kita terbiasa untuk memupuk optimis
dan pantang menyerah, maka “singa” keberhasilan lah yang akan kita peroleh. Namun
sebaliknya, jika setiap saat kita memendam marah, menebar prasangka dan dengki,
bersikap tak sabar dan mudah menyerah, maka akan jelaslah “singa” macam apa
yang jadi pemenangnya.
Biarkan
“singa-singa” penuh semangat hadir dalam jiwa Anda. Rawatlah singa-singa itu
dengan keluhuran budi, dan kebersihan nurani. Susunlah bulu-bulu kedamaiannya,
cermati terus rahang persahabatannya. Perkuat punggung optimisnya dan pertajam
selalu kuku-kuku kesabaran miliknya. Biarkan singa ini yang jadi pemenang.
Namun, jangan biarkan
“singa-singa” pemarah menguasai pikiran Anda. Jangan pernah berikan kesempatan
bagi kedengkian itu untuk membesar, dan menjadi penghalang keberhasilan. Jangan
biarkan rasa pesimis, jiwa yang gundah, tak sabar dan rendah diri menjadi
pemimpin bagi Anda.
Saya percaya, imbalan yang kita
peroleh, adalah gambaran dari apa yang kita berikan hari ini. Lalu, singa mana
yang akan Anda beri makan hari ini?
Kumpulan Kisah Cerita
Teladan Islami Untuk Anak yang Inspiratif
Buah Pisang Yang
Hilang
Buah pisang di kebun kecil kami
raib diserobot pencuri. Kepada kami cuma ditinggalkan bekas-bekasnya, ceceran
kotoran bekas cacahan di mana-mana. Semakin kami pandangi aneka kotoran ini
semakin kami merasa terintimidasi. Mencuri ya mencuri, tetapi ya jangan sambil
meledek seperti ini. Kotoran itu, seperti sengaja diacak-acak sedemikian rupa
agar efek kehilangan ini lebih terasa. Maka setiap memandangi serpihan itu,
yang terbayang adalah serpihan hati kami sendiri.
Tetapi yang disebut kami itu
sebetulnya cukup diwakili oleh Bapak saya. Kebun sepetak itu adalah ladang
kegembiraan di masa tuanya. Beliau pula yang merawat, mencintai dan
memperlakukan kebun itu sebagai teman di hari tuanya, tak terkecuali pisang
yang hilang itu. Setiap detail pertumbuhan pisang ini, tidak lepas dari
pengamatannya. Ketika ia sudah mulai berbunga dan menongolkan jantungnya, Bapak
berkabar dengan gembira. ”Pisang di kebun kita mulai ada hasilnya,” katanya
waktu itu.
Pisang ini melulu yang ia
bicarakan setiap saya berkunjung kepadanya. ”Sudah mulai muncul buahnya,” kata
Bapak. ”Kau perlu menengoknya,” tambahnya. Saya biasanya selalu mengiyakan dan
pura-pura gembira terhadap tema ini walau pikiran saya sebetulnya mengembara ke
mana-mana. Ke sejumlah pekerjaan yang belum usai, ke rencana-rencana yang masih
terbengkalai, ke target-target hidup yang memenuhi benak. Maka persoalan pisang
itu pasti menjadi tema yang menyebalkan jika yang berbicara bukan bapak saya.
Di hari-hari berikutnya, pisang
ini lagi yang menjadi tema wajib dialog kami. ”Ia telah membesar. Beberapa
minggu lagi telah bisa dipotong. Tengoklah kalau ada waktu,” katanya. Lama-lama
saya penasaran juga. Toh jarak kebun itu hanya sekelebatan dari rumah, maka tak
ada salahnya menengok buah yang menjadi isu terpanas dalam keluarga besar kami.
Woo boleh juga. Ranum, mulus, dan penuh. Buah ini tumbuh sempurna dan dari
pisang jenis kesukaan saya pula. Kini ganti sayalah yang bersemagat bicara
tentang pisang ini. ”Ini panen pertama sejak kebun ini jadi milik kita,” kata
saya kepada istri. ”Nanti ajak anak-anak menengoknya,” kata istri. ”Tengok
sekarang juga!” teriak anak-anak. Pisang ini, telah menjadi kegemparan di rumah
kami. Sampai kemudian hari penentuan itu tiba….
Kami telah menghitung hari. Bapak
adalah pihak yang pasti amat cermat soal ini. Mulai dari membangun rumah,
menentukan hari pernikahan saya, sampai hari kapan memanen buah pisang, tak
pernah lepas dari hitung-hitungan ”hari baik” Bapak. Tetapi mungkin karena
saking telitinya menghitung, Bapak malah kalah cepat dengan pencuri yang ternyata
juga memiliki hari baiknya sendiri. Pisang kebanggaan kami lenyap, dan yang
tinggal hanya cacahan kotoran di sana-sini. Saya melihat Bapak yang terpukul
dan amat kecewa.
Saya mengerti betul kekecewaan
jenis ini. Karena ada saja pagar-pagar yang lebih baik dibiarkan kosong,
padahal ia bisa dirembeti oleh tanaman anggur, tetapi batal dilakukan cuma
karena jika ia berbuah, kita khawatir kalah cepat dengan pencuri. Ada seorang
yang memilih menebang pohon buahnya, karena tak tahan melihat betapa pohon ini tak
pernah tenteram dari gangguan. Ketimbang diganggu, lebih baik sama sekali tidak
menanam. Dari pada sakit hati, lebih baik semuanya tidak makan. Begitulah
kejamnya kekecewaan ini, sehingga seseorang merasa lebih tidak menanam sama
sekali, dan puncaknya; lebih baik sama-sama tidak makan!
Saya dan Bapak saya pasti juga
tidak terlepas dari kekecewaan semacam ini. Cuma kami berdua sepakat untuk
saling menyemangati, ayo tanam lagi, meskipun akhirnya cuma untuk dicuri lagi. Karena
jika jika seseorang enggan membangun cuma karena takut rusak, enggan mandi cuma
karena takut kotor lagi, ogah makan cuma karena pasti lapar lagi, bumi bisa
berhenti berputar dan kehidupan akan macet.
Maka pisang yang hilang ini
membuat kami malah menjadi semangat sekali. Belum pernah terjadi dalam hidup
kami, pencuri malah menyemangati kami seperti ini.
Demikian kumpulan kisah cerita
teladan islami untuk anak yang bisa kamu bacakan sebelum tidur. Semoga bermanfaat
dan terima kasih sudah menyempatkan diri mengunjungi blog ini.
Source : https://www.kozio.com/cerita-motivasi/