Istilah atau konsep Kota Cerdas
(Smart City) ini artinya adalah menggunakan teknologi informasi untuk
menjalankan kehidupan agar lebih efisien. Tujuan dilahirkannya konsep Smart
City yaitu untuk membantu masyarakat yang berada di dalamnya dengan mengelola
sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada
masyarakat/Lembaga dalam melakukan kegiatan atau mengantisipasi kejadian yang
tidak terduga sebelumnya.
Indikator kota yang seperti apa
yang mampu menerapkan Smart City ini? Karena tidak semua kota atau wilayah
masyarakatnya sudah mampu menggunakan teknologi informasi.
Pengertian Smart City
Smart City merupakan bagian dari
implementasi Internet of Things (IoT). Manurut A. Caragliu (2010)
mendefinisikan smart city sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal
sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya
yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.
Konsep dari penerapan Smart City
pada umumnya meliputi :
1.
Sebuah kota yang berkinerja baik dengan
berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk, pemerintahan, mobilitas, dan lingkungan
hidup.
2.
Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi
semua infrastruktur.
3. Smart City dapat menghubungkan infrastruktur
fisik, infrastruktur IT, infrastruktur sosial, dan infrastruktur bisnis untuk
meningkatkan kecerdasan kota.
4.
Smart city membuat kota lebih efisien dan layak
huni.
5. Penggunaan smart computing untuk membuat Smart City
dan fasilitasnya saling berhubungan dan efisien.
Tidak semua kota di suatu negara
bisa siap untuk menyambut datangnya teknologi informasi di tengah kehidupan
mereka. Meskipun tujuan dari dianjurkannya konsep smart city ini untuk
mempermudah kehidupan tapi perlu persiapan, baik dari SDM maupun infrastruktur
yang memadai.
Pilar Atau Dimensi Smart City
Ada 6 pilar atau disebut juga dimensi
dari Smart City, yaitu Smart Government, Smart Economy, Smart Live, Smart
Living, Smart People, dan Smart Mobility. Adapun penjelasannya dari
masing-masing pilar tersebut adalah sebagai berikut :
- Smart
Government
Pemerintahan yang cerdas
(pemberdayaan dan partisipasi), kunci utamanya ada pada implementasi Good
Governance, yang merupakan paradigma, system dan proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,
kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas,
dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip
desentralisasi, daya guna, hasil guna, dan pemerintahan yang bersih.
- Smart
Economy
Ekonomi pintar (inovasi dan
persaingan), semakin tinggi inovasi-inovasi baru yang ditingkatkan maka akan menambah
peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
- Smart
Live
Cerdas hidup (kualitas hidup dan
kebudayaan), arti dari berbudaya adalah manusia memiliki kualitas hidup yang
terukur (budaya). Kualitas hidup sifatnya lebih dinamis, yaitu selalu
memperbaiki diri sendiri. Salah satu dari meningkatnya kualitas diri adalah
dari Pendidikan. Kualitas Pendidikan yang baik jaminan atas kualitas budaya,
dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil dari Pendidikan yang
berkualitas.
- Smart
Living
Lingkungan pintar (keberlanjutan
dan sumber daya). Indikator lingkungan yang pintar atau cerdas adalah dapat
memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non
fisik, visual maupun non visual, dan lingkungan yang tertata bersih.
- Smart
People
Masyarakat pintar (kreativitas
dan modal sosial). Pembangunan masyarakat membutuhkan modal berupa modal
ekonomi, modal sosial, dan modal usaha. Modal usaha bisa berupa kemudahan akses
modal material dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan
keterampilan mereka dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial berupa kepercayaan,
gotong royong, toleransi, penghargaan, saling memberi, dan saling menerima.
Kolaborasi sosial ini memiliki pengaruh besar terhadap kepentingan public,
meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat
dan menurunnya tingkat kejahatan.
- Smart
Mobility
Mobilitas pintar (transportasi
dan infrastruktur). Pengelolan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa
depan merupakan system pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk menjamin
keberpihakan pada kepentingan public.
Penerapan Smart City di Indonesia
Pada dasarnya Smart City merupakan
sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan infrastruktur kota. Dengan
menggunakan teknologi informasi yang sesuai karakter kota maka akan dibutuhkan aplikasi
yang menjadi sarana masyarakat dalam menyelesaikan apa yang menjadi kebutuhan hidupnya.
Proyek konsep Smart City sendiri
di Indonesia bisa diimplementasikan melalui 5 ide sebagai berikut :
- Digital
City Guide, berguna untuk mengembangkan industry pariwisata Indonesia
melalui aplikasi yang menyediakan beragam informasi tentang kekayaan
pariwisata di Indonesia, baik objek atau lokasi wisata maupun makanan khas
kota tersebut. - Mobile
Payment, dengan menyediakan berbagai fitur dapat memudahkan masyarakat
Indonesia untuk bertransaksi. Adanya OVO, Go-pay, dan transaksi elektronik
lainnya merupakan wujud perkembangan mobile payment di Indonesia. Bahkan
penggunaan mobile payment untuk bertransaksi sehari-hari, seperti membayar
parkir dapat mengurangi parkir illegal. Namun tantangannya adalah untuk
membiasakan masyarakat membayar dengan cara virtual memang tidak mudah dan
membutuhkan waktu untuk penyesuaian. - Integrated
Crisis Response System, dengan memanfaatkan teknologi informasi maka
beberapa wilayah di Indonesia yang rawan terkena bencana alam bisa diminalisir
atau setidaknya meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Contohnya
pemberitahuan potensi gempa, erupsi gunung berapi, dan bencana lain yang
bisa diterapkan dengan mengirim SMS blaster ke masyarakat di area yang
terdampak. - Paperwork
limitation, dengan memanfaatkan teknologi lebih banyak dalam bekerja maka
akan mengurangi penggunaan kertas (paperless). Transformasi ke produk digital
merupakan cara yang ampuh untuk mengurangi sampah di negara Indonesia. Penggunaan
kertas memang bisa didaur ulang tetapi lebih baik mengurangi jumlah sampah
itu sendiri. Terlebih dengan paperless maka kita juga akan mengurangi
potensi pohon yang ditebang untuk diolah menjadi kertas. - Solar
energy, pemanfaatan energi matahari untuk kehidupan sehari-hari. Indonesia
yang merupakan negara tropis memiliki musim kemarau yang cukup panjang
sehingga memiliki kelebihan sinar matahari. Namun nampaknya penggunaan
energi sinar matahari ini belum maksimal diterapkan di Indonesia, baik
dari segi pemerintah yang kurang memberikan wawasan dan sosialisasi maupun
masyarakatnya yang sudah terbiasa menggunakan listrik dan tidak adaptable
terhadap perubahan.
Di Indonesia ada 7 kota yang mulai
menerapkan konsep Smart City, yaitu Jakarta, Bandung, Denpasar, Yogyakarta,
Makasar, Semarang, dan Surabaya.
Di Jakarta menerapkan smart city
lounge sebagai pusat control yang mampu menerima pengaduan masyarakat mengenai
masalah sosial, macet, banjir, sampah, kriminalitas, pelayanan public, dan
masalah lainnya di ibukota.
Konsep smart city di Bandung
meliputi Hay U untuk perijinan online, SIP untuk rapor Camat oleh warga, citizen
complaint online, Silakip untuk monitoring kerja pemkot dan penggunaan sosial
media twitter sebagai ajang komunikasi warga.
Di Makasar memiliki Smart Card
yang bisa digunakan untuk kepentingan dalam urusan system pemerintahan dan
pembayaran. Kota ini juga sudah mampu memantau kemacetan dan system pembayaran
parkir online yang sudah on the track.
Di Surabaya menerapkan konsep
traffic light dengan CCTV dan Integrated Traffic System Management, dimana
ketika antrean panjang di depan lampu lalu lintas maka secara otomatis lampu
berwarna merah akan berjalan lebih pendek.
Semarang memiliki system informasi
perencanaan daerah, informasi monitoring evaluasi, pelaporan warga online
terintegrasi, aplikasi CCTV public, sampai system perijinan bangunan yang dapat
diurus tanpa perlu ke kantor.
Di Yogyakarta mulai menggunakan
Smart Grid yang bisa mengatur menggunakan listrik secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan sehingga masyarakat bisa berhemat. Penggunaan Smart Grid bisa mengatur
pembangkit listrik dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan energi fosil.
Denpasar memiliki Damamaya
Denpasar Cyber Monitor dalam satu ruangan. Monitoring ini meliputi bencana
dengan nomor telepon gawat darurat 112, pemantauan banjir, ATCS, Pengaduan
Rakyat Online (Pro) Denpasar, Geografik Informal Sistem, dan E-Sewaka Dharma.
Ketujuh kota di Indonesia tersebut tanpa diimbangi
kesiapan SDM untuk menggunakan teknologi maka Smart City tidak akan terwujud.
Oleh karena itu, yang pertama harus disiapkan adalah masyarakat. Kedua adalah
infrastruktur kota, seperti ketersediaan sumber daya listrik yang
berkelanjutan, ketersediaan infrastruktur jaringan internet dengan bandwidth yang
cukup besar dan jangkauannya luas, pengembangan sektor-sektor berbasis ICT,
jaringan internet melalui nirkabel (WiFi), dan kebutuhan lain terkait dengan
pelayanan public.
Salah satu tantangan terbesar
dalam menerapkan Smart City adalah mempersiapkan seluruh infrastruktur
teknologi informasi di dalamnya dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang keadaan Smart City yang sedang disiapkan.
Sumber :
Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman, Ditjen Cipta
Karya Kementerian PUPR dalam http://sim.ciptakarya.pu.go.id/kotabaru/site/konsepkotabaru/21
(diakses 22 April 2021).
7 Kota di Indonesia yang Mengaplikasikan Program Smart City
dalam https://blog.gamatechno.com/7-kota-yang-mengaplikasikan-program-smart-city/
(diakses 22 April 2021).
6 Hal yang Diperlukan untuk Membangun Smart City di
Indonesia dalam https://www.softwareseni.co.id/blog/5-ide-smart-city-di-indonesia
(diakses 22 April 2021).
NB :
Artikel ini pernah saya published di website resmi LPKN pada tahun 2021. Sengaja saya terbitkan lagi tanpa melakukan edit substansi agar bisa menambah wawasan pembaca.