Pembahasan mengenai psikologi politik akan mengingatkan kita
pada karya-karya Lasswell dimana dia coba mendefinisikan psikologi politik
adalah proses psikologis seseorang ketika melakukan perilaku-perilaku politik.
Dalam menulis tulisan-tulisannya, objek kajian Lasswell mengenai psikologi politik adalah fenomena yang terjadi di sebagian masyarakat Amerika.
Buku-buku karya Lasswell yang bisa kamu baca yaitu Psychopatology and Politics
(1930), World Politics and Personality Insecurity (1935), Politics: Who Gets
What, When, and How (1936), Power Personality (1948).
Pengertian Psikologi Politik Adalah
Secara lebih luas psikologi politik adalah mempelajari pada
perilaku manusia secara individual dan kelompok organisasi. Perilaku tersebut
seperti konflik, motivasi, persepsi, kognisi, pembelajaran, sosialisasi, sikap.
Sisi lain psikologi politik juga membahas kelompok yang dinamis, kepribadian
seseorang, dan psychopatology sebagai sebab factor yang mempengaruhi sikap
politik.
Dalam perkembangannya sebagai ilmu, ada dua sisi yang
menarik yang lantas menjadi kritik dalam kajian psikologi politik, yaitu kajian
psikologi politik pada dasarnya sebagian besar bersifat campuran antara
pemikiran psikologi dan ilmu politik; dan karakter ilmu psikologi politik
sangat tepat dengan aplikasi ilmu-ilmu psikologi dalam konteks politik yang
memiliki nilai yang berusaha berbaur dengan ilmu politik.
Tidak terelakkan lagi bahwa dalam sisi-sisi individu
perilaku politik, psikologi politik adalah sebagai pisau pembedah
perilaku para politikus dalam sisi kepribadiannya, motivasinya, persepsinya,
kognisinya, dll.
Berikut ini akan kita pahami lebih jauh mengenai dimensi
dalam psikologi politik, yaitu aktivitas politik dan ideologi politik.
Psikologi Politik Adalah Tentang Personality
Dimensi yang dibahas pertama untuk menjelaskan apa dan
bagaimana psikologi politik adalah aktivitas politik dimana untuk membahas
aktivitas kita secara tidak langsung akan membahas mengenai kepribadian individu
atau personality.
Pemahaman mengenai siapa pelaku politik itu adalah setiap
manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memberikan pilihan
terhadap pemimpin yang disukai dan memenuhi kriteria yang diinginkan ataupun yang
dia tidak sukai (Elms, 2000: 1).
Setiap individu memiliki personality yang berbeda-beda.
Sebagian besar penelitian tentang kepribadian politik berisi tentang sesuatu
yang dipandang sebelah mata yaitu saling curiga mencurigai antara satu dengan
yang lain. Kecurigaan tersebut berkaitan dengan semboyan dalam perilaku politik
bahwa tidak ada lawan dan kawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang
abadi. Lasswell pun membahas hal ini dalam bukunya yang berjudul Politics: Who
Gets What, When, and How (1936), perilaku politik adalah siapa mendapat apa,
dan bagaimana cara mendapatkannya.
Para ilmuan psikologi meletakkan pada dua asumsi mengenai
konsep personality yang melekat pada manusia.
·
Personality manusia berdasarkan place atau
tempat
Personality dipahami sebagai sifat
yang melekat pada manusia secara psikis oleh setiap diri manusia baik sebagai
diri individual maupun sebagai kelompok. Sifat tersebut melekat pada diri
individual ataupun kelompok dan memiliki pengaruh secara psikis baik intra
maupun ekstra sebagai suatu sifat yang melekat ketika berinteraksi dengan diri
ataupun kelompok yang lain.
·
Personality berdasarkan konsistensi atau
stability
Seseorang sebagai diri individual
ataupun grup memiliki sifat yang stabil ataupun konsisten, baik secara intra
maupun ekstra dalam pergaulan antara satu dengan yang lain.
Personality jika dikaitkan dengan politik memang menjadi
sebuah keterkaitan perilaku manusia yang dipandang dapat membantu ataupun
merusak bangunan sebuah negara. Jika seseorang memiliki kepribadian yang baik
yang mendekati berdasarkan norma dan religiusitas, maka hasil bangunan tatanan
sebuah negara pun akan baik. Sebaliknya, apabila manusia-manusia sebagai pelaku
politiknya memiliki kepribadian dan moral yang rusak, maka hasil bangunan
sebuah negara juga akan ikut rusak. Hal yang demikian dalam psikologi politik
disebut dengan political animal.
Penjelasan dari political animal itu sendiri menurut Elms
(2000: 2) mengatakan bahwa bayi manusia tidak terlahir dari binatang, tetapi
terlahir dari manusia. Namun dalam proses sosialisasi kehidupannya memiliki
sifat kebinatangan. Mengapa demikian? Karena sifat yang melekat padanya
bersifat kebinatangan, bukan lah moral ataupun agama. Hal yang demikian inilah
yang menyebabkan ketika manusia tampil dalam panggung politik maka kemungkinan
besar akan memiliki sifat dengan sebutan political animal. Sebaliknya,
manusia yang memiliki moral dan berperilaku baik berdasarkan agama akan
berpentas dalam panggung politik berdasarkan political moral and religious
ataupun norma.
Psikologi politik adalah tidak hanya memuat ilmu politik, tetapi
sifatnya lebih umum dan aplikatif bagaimana mengetahui perilaku manusia dari segi
politik. Kajian psikologi politik sebenarnya berdasarkan pada dua hal, yaitu
politik paling tidak berdasarkan pilihan ataupun aksi individual ataupun
kelompok yang tidak hanya relevan dengan kajian pergerakan ataupun struktur
politik, partai, pemerintah, institusi internasional, hukum, kebijakan, ataupun
budaya. Kedua, psikologi politik menjelaskan pilihan-pilihan politik ataupun
aksi politik dalam kelompok dan individual yang bersifat karakteristik personal
dan empirik.
Psikologi Politik Adalah Sebuah Ideologi Politik
Menurut Erikson & Tedin menjelaskan bahwa ideologi
adalah seperangkat keyakinan yang pantas untuk menjadi pegangan perjuangan
mencapai prestasi yang diakui oleh kelompok masyarakat. Menurut Parson ideologi
adalah kerangka kerja yang disepakati sebagai sebuah model dalam sebuah kelompok
masyarakat ataupun individu.
Seseorang yang mengukuhkan dirinya untuk aktif dalam
panggung politik orang tersebut akan meleburkan dirinya pada ideologi partai
politik yang dianutnya. Dalam politik sendiri dikenal banyak ragam dari
ideologi, seperti nasionalis, komunis, sosial, liberal, kapitalis, Pancasila,
dan agama ataupun penggabungan dari ideologi-ideologi tersebut. Ideologi sangat
penting bagi setiap partai ataupun aktivis politik karena dengan ideologi
politik akan terlihat identitas orang tersebut tentang visi dan misi
perjuangannya.
Secara sederhana dijelaskan kembali oleh Freeden bahwa
ideologi politik akan memudahkan seseorang dalam aktivitas politik untuk
berkomunikasi secara lebih luas sebagai usaha untuk menggambarkan dunia dalam
membuat pernyataan-pernyataan atau asumsi manusia secara alami, fakta sejarah,
realitas saat ini, dan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang.
Kajian psikologi politik berbeda dengan kajian ilmu yang
lain karena psikologi politik mengkaji perilaku politik. Sehingga perlu dikaji
mengenai ideologi yang dianut oleh individu ataupun kelompok.Selain itu, psikologi
politik juga mengkaji tentang pikiran manusia yang termanifestasikan dalam
perilaku.
Kepribadian seseorang dalam panggung politik berkaitan
dengan ideologi yang mereka Yakini dalam sebuah partai. Ideologi politik sangat
penting sebagai garis perjuangan politik. Ideologi politik merupakan hal yang
khas dan unik. Ideologi politik juga berkaitan dengan ekspresi keadaan psikis
dan kepribadian orang tersebut.
Sebagai contoh seseorang yang menganut ideologi politik
konservatif dan liberal memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Hasil
penelitian Milbrath yang dipublikasikan pada tahun 1962 menemukan bahwa ada
perbedaan orientasi politik antara seseorang yang menganut ideologi politik
konservatif dengan liberal di Amerika Serikat. Penelitian McClosky tahun 1958
pun menemukan bahwa ada perbedaan ekspresi antara seseorang yang berideologi
konservatif dengan liberal di Amerika. Orang-orang yang menganut ideologi
konservatif dalam ekspresinya lebih diidentikkan dengan orang yang kurang
cerdas, mengisolasi diri, rendah harga dirinya, orang yang mudah frustasi, memiliki
sifat penakut, mudah bermusuhan, intoleransi, dan keras. Sebaliknya,
orang-orang yang menganut ideologi liberal terlihat dari ekspresinya yang suka
kebebasan, kreatif, berpengalaman, dan memiliki keyakinan bahwa dia dapat
menjadi orang yang baik dan maju.
Berdasarkan kedua hal tersebut yang mencoba menjelaskan psikologi
politik, maka sudah bisa disimpulkan bahwa ada dua kacamata yang bisa digunakan
untuk menganalisa perilaku politik seseorang, yaitu dari kepribadian atau
personality dan ideologi politiknya.
Menurut hemat saya pun politik sebenarnya tidak hanya
berkaitan dengan pemerintahan, kekuasaan birokrasi, dan jabatan. Namun politik
pun bisa kita kenali dari hal yang paling sederhana yang ada di sekitar kita,
yaitu dari setiap langkah manusia setiap hari dalam mencapai tujuan dimana cara
atau strategi yang digunakan itu lazim atau tidak, merugikan banyak orang, dan
menguntungkan diri sendiri atau tidak. Itulah politik.
Banyak penjelasan yang berkaitan dengan kajian psikologi
politik selain dua hal di atas, seperti konflik, revolusi, para pelaku politik
itu sendiri. Namun sudah cukup menjelaskan bahwa dalam kajian psikologi politik
adalah dimulai dengan proses menganalisa kepribadian manusia dan ideologi
politik yang dianut sehingga bisa dilihat bagaimana perilaku politik manusia
tersebut.
Referensi :
Saliyo. 2014. Studi Psikologi Politik Menakar Kepribadian Perempuan Dalam Panggung Politik. STAIN Kudus diterbitkan pada Jurnal PALASTREN Vol. 7 No. 2.